Pilkada Serentak
Penyelenggara Pemilu Perlu Bekerja Keras Tingkatkan Partisipasi Pemilih di Pilkada Sumatera Utara
Tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018 masih rendah.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018 masih rendah.
Temuan itu disampaikan Lembaga Survei Stratak Indonesia yang melakukan riset opini publik di Provinsi Sumatera Utara sejak 11 sampai 18 Maret 2018.
Baca: Jusuf Kalla Sebut Perang Dagang Amerika Serikat dan China Berdampak Terhadap Indonesia
Peneliti Lembaga Survei Stratak Indonesia, Octarina Soebardjo, mengatakan para penyelenggara pemilu perlu melakukan sosialisasi dan membuka jalan bagi peningkatan partisipasi pemilih.
Apabila tidak dilakukan upaya dari penyelenggara pemilu dan para pemangku kepentingan termasuk paslon peserta pilkada dan parpol pengusung pendukung, bisa jadi rendahnya partisipasi di Pilgubsu 2013 terulang.
Berkaca dari penyelenggaraan Pilgubsu 2013, tingkat partisipasi masyarakat di bawah 50 persen.
Salah satu sebab rendahnya partisipasi adalah para calon tidak memiliki daya tarik politik yang tinggi sehingga gagal menyita perhatian masyarakat.
Baca: JR Saragih Masih Dapat Ajukan Kasasi
"Kalau tidak menarik, mana ada orang tertarik. Ibarat makan, orang sudah tidak selera. Jadi penyelenggara tidak bisa tidak, harus kreatif. Itu kalau mau partisipasi di pilgubsu naik,” tuturnya, Selasa (23/3/2018).
Saat meriset, Lembaga Survei Stratak Indonesia menemukan data menarik yakni undecided voters atau pemilih yang belum memutuskan pilihan lebih unggul dari para paslon peserta pilkada.
Temuan penting mengindikasikan kemungkinan rendahnya partisipasi yakni popularitas figur yang ikut pilkada belum ada yang mencapai angka ideal 95 persen plus.
Baca: Priyo Loncat Ke Partai Berkarya, Ical: Kita Bangga Bisa Menyumbang Kader Terbaik
Capaian popularitas Edy Rahmayadi sebesar 73,50 persen disusul Djarot Syaiful Hidayat 70,10 persen, lalu Musa Rajekshah 47,22 persen dan terakhir Sihar Sitorus 25,40 persen.
"Jika popularitas masih ada di kisaran 70-an persen, berarti secara sederhana bisa dianalogikan dari 10 orang Sumut hanya 7 yang tahu sama calon, lalu dari 7 yang tahu itu, berapa yang akan nyoblos,”ujarnya.
Melihat posisi popularitas yang rendah padahal masa mencoblos tinggal 90 hari maka elektabilitas paslon angkanya masih rendah. Bahkan jauh lebih banyak yang belum memutuskan atau undevided voters yakni 53,35 persen pada pertanyaan terbuka (top mind) dan 38,38 persen pada pertanyaan tertutup.