Sabtu, 4 Oktober 2025

Menristekdikti Akan Bantu Biaya Kuliah Anak Korban Aksi Terorisme

Kegiatan tersebut merupakan kali pertama diadakan BNPT sekaligus pertama kali di dunia.

Editor: Adi Suhendi
ERI KOMAR SINAGA
Menristek dan Pendidikan Tinggi M Nasir 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengapresiasi kegiatan rekonsiliasi mempertemukan 124 mantan pelaku teror dengan 51 korban aksi terorisme.

Kegiatan tersebut merupakan kali pertama diadakan BNPT sekaligus pertama kali di dunia.

Sebagai bentuk perhatian terhadap korban dan anak korban aksi terorisme, Menteri Nasir akan memberikan bantuan biaya pendidikan untuk kuliah di perguruan tinggi kepada anak korban aksi terorisme.

Baca: Ketua DPR: Pihak Tak Senang Dengan Keutuhan NKRI Coba Obok-obok Kerukunan Umat Beragama di Tanah Air

Selain itu, kepada mantan pelaku aksi terorisme, Kemenristekdikti juga akan memberikan pembinaan di dunia usaha yang berkaitan dengan teknologi.

Demikian Menteri Nasir sampaikan saat hadir sebagai pembicara pada acara bertajuk "Silaturahmi Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Satukan NKRI)" yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (28/2/2018).

Baca: Mantan Narapidana Teroris: Radikalisme Muncul Akibat Ketidakadilan

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Nasir mengatakan menciptakan mahasiswa berkarakter dan unggul merupakan satu upaya yang digagas Kemenristekdikti dalam menangkal radikalisme di kalangan mahasiswa.

Kemenristekdikti bersama LIPI, Perguruan tinggi dan peneliti-peneliti ilmu sosial saat ini sedang melakukan survei radikalisme dan wawasan kebangsaan pada pelajar dan mahasiswa.

Baca: Jokowi Putuskan Irjen Pol Heru Winarko Jadi Kepala BNN Gantikan Buwas

“Surveinya belum selesai, namun hingga mei 2017 pernyataan untuk siap berjihad demi tegaknya khilafah pada kelompok mahasiswa mencapai 23.4% dan pada pelajar 23 %,” tutur Menteri Nasir seperti dikutip dari keterangannya kepada Tribunnews.com.

Angka tersebut merupakan sinyal yang harus disikapi semua pihak, baik Pemerintah, Perguruan Tinggi, sekolah, orang tua maupun masyarakat umum.

Khususya mengenai pentingnya menumbuhkan kembali rasa nasionalisme dan cinta tanah air karena masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, UUD 1945 dan Pancasila sudah final.

Lunturnya pemahaman kebangsaan, lemahnya kemampuan berpikir kritis sivitas akademika, serta muatan kurikulum yang tidak mampu mencukupi kebutuhan mahasiswa untuk menangkal radikalisme dan penyalahgunaan teknologi informasi, menjadi sebab mengapa munculnya radikalisme di lingkungan kampus.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved