Pemilu 2019
Ini Profil Partai Solidaritas Indonesia
PSI memang berbeda dibandingkan kebanyakan partai lain yang bertumpu kepada seorang tokoh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) lahir. PSI berupaya membawa perubahan di politik nasional melalui gebrakan yang dibuat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, PSI lahir setelah Pemilu 2014. Partai itu menyasar Warga Negara Indonesia (WNI) berusia muda. Ada aturan pengurus partai dibatasi maksimal 45 tahun. Rata-rata pengurus daerah berusia 20-30 tahun.
Kegiatan partai dilakukan tidak hanya dengan cara konvensional, tetapi mereka juga menyasar media sosial, seperti Twitter dan Facebook. Bahkan, website partai www.psi.id cukup aktif memberitakan aktivitas kader baik di pusat maupun daerah. Upaya ini untuk menarik minat sasaran mereka, yaitu 'Generasi Milenial'.
Jika melihat susunan kepengurusan, PSI dihuni oleh mereka yang masih tergolong hijau di politik nasional. Mereka yaitu, Grace Natalie, mantan Presenter, selaku ketua umum dan Raja Juli Antoni, mantan Ketua PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah, selaku Sekretaris Jenderal.
Mereka memilih mengedepankan tokoh-tokoh muda dari berbagai bidang. Diantaranya, seperti Giring Ganesha (vokalis grup band Nidji), Niluh Djelantik (perancang busana), dan Hariyanto Arbi (atlet bulutangkis).
PSI memang berbeda dibandingkan kebanyakan partai lain yang bertumpu kepada seorang tokoh untuk mengangkat nama partai. PSI mengklaim akan mengisi tokoh-tokoh dengan anak muda dan tidak menginginkan politisi partai lain masuk. Cara seperti ini akan dilanjutkan sampai penyelenggaraan Pemilu 2019.
Ketua DPP PSI, Isyana Bagoes Oka, mengatakan sebagai partai baru PSI mempersiapkan struktur dan jaringan mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Sehingga, pihaknya mencari orang-orang yang berkompeten supaya dapat mewakili masyarakat.
"Itu nanti yang benar-benar akan menentukan. Bagaimana PSI dapat memenangkan hari rakyat dengan bekerja keras tentunya untuk masyarakat," tuturnya.
Menjelang berlangsungnya Pemilu 2019 PSI akan menggelar seleksi gelombang pertama untuk menjaring calon legislatif (caleg). Tentu mencari seorang caleg bukan perkara mudah bagi partai tersebut.
Menurut dia, PSI mencari caleg yang memenuhi syarat, diantaranya, yaitu memiliki idealisme, jiwa anti korupsi dan anti terhadap intoleransi. Selama proses seleksi, kata dia, semua caleg ditayangkan melalui media sosial yang dimiliki PSI.
"Diharapkan tentu saja dengan cara ini masyarakat mengetahui visi-misi dari masing-masing anggota legislatif. Jika orang ingin memilih tentu, kami bisa melihat seperti apa sikap dan visi-misi dari seorang caleg PSI," kata dia.
Untuk pendanaan, dia menjelaskan, PSI sedang melakukan sebuah pendidikan politik baru. Salah satunya dengan cara menggalang dana melalui donasi. Melalui pengadaan kartu sakti mulai Rp 25 ribu sampai Rp 1 miliar per tahun, kata dia, masyarakat dapat berdonasi mendukung caleg yang diinginkan.
Dia mengklaim, upaya itu dilakukan untuk mengajak partisipasi masyarakat agar merasa memiliki partai. PSI tidak menginginkan masyarakat meminta uang kepada partai.
"Kami mau buat ini sebagai partai bersama. Itu yang ingin kami lakukan dengan cara berpolitik baru dengan mengumpulkan dana dari masyarakat. Bisa diakses juga melalui teman.psi.id," kata dia.
Sejumlah terobosan baru diharapkan mampu meningkatkan elektabilitas PSI. Di Pemilu 2019, PSI memasang target meraih suara 20 persen atau ambang syarat presedential treshold. Tujuannya supaya dapat mengusung calon presiden sendiri.
"Sehingga untuk tahun 2019 ini, kami memasang target tinggi. 20 persen kursi di DPR agar kami bisa mencalonkan presiden di pemilu berikutnya," katanya.