Kamis, 2 Oktober 2025

Pilkada Serentak

Terjadi Perpaduan 2 Budaya, Djarot-Sihar Akan Menangkan Pilkada Sumut

Peluang Djarot dan Sihar ini sangat terbuka untuk memenangkan Pilkada Sumut 2018

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pasangan Bacagub Cawagub Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat (kanan) dan Sihar Pangaribuan Sitorus (kiri) saat acara pengumuman bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDI Perjuangan di Kantor DPP PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta, Minggu (7/1/2018). PDI Perjuangan secara resmi mengusung pasangan TB Hasanuddin dan Irjen Pol Anton Charliyan sebagai bacagub-cawagub Jawa Barat, pasangan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maimoen sebagai bacagub-cawagub Jawa Tengah, pasangan Dodi Reza Alex Noerdin dan Giri Ramanda Kiemas sebagai bacagub-cawagub Sumatera Selatan, pasangan Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Pangaribuan Sitorus sebagai bacagub-cawagub Sumatera Utara, pasangan Karolin Margret Natasha dan Suryadman Gidot sebagai bacagub-cawagub Kalimantan Barat, dan Irjen Pol Safaruddin sebagai cagub Kalimantan Timur pada Pilgub 2018. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menilai besar peluang pasangan Cagub-Cawagub Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Pangaribuan Sitorus menang dalam Pilgub Sumatera Utara (Sumut) 2018.

"Peluang Djarot dan Sihar ini sangat terbuka untuk memenangkan Pilkada Sumut 2018," ujar Emrus Sihombing kepada Tribunnews.com, Senin (8/1/2018).

Emrus Sihombing melihat PDI Perjuangan benar-benar melakukan evaluasi terkait pencalonan Cagub-Cawagub Sumut dua periode yang lalu.

Alhasil, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mampu membaca peluang "perkawinan" dua budaya, yakni Jawa dan Tapanuli yang diwakilkan oleh Djarot dan Sihar di Pilkada Sumut 2018.

Sehingga pasangan Djarot dan Sihar ini, menurut Emrus Sihombing sangat klop dan bisa diterima masyarakat Sumut.

Apalagi kalau melihat dari latar belakang budaya kedua sosok yang akan diusung PDI Perjuangan ini, yakni Djarot dari Jawa dan Sihar dari Tapanuli.

"Berdasarkan data yang saya peroleh, dari aspek jumlah penduduk di Sumut, suku berlatar belakang Jawa mencapai 35 persen. Sedangkan Tapanulis bisa mencapai 30 persen," ujar Emrus Sihombing.

Baca: Tak Ada Tangis Ahok Saat Ucapkan Ingin Cerai

"Dengan kata lain, dari sudut homogenitas, Paslon Djarot-Sihar, dengan pemilih di Sumut, bisa mencapai sekitar 65-75 persen. Jika dilihat dari sebaran budaya," katanya.

Menurutnya, angka tersebut menjadi modal penting bagi Paslon Djarot-Sihar berlaga dalam Pilkada Sumut 2018. Karena, bagaimana pun perilaku politik tidak bisa dilepaskan dari sudut homogenitas dari pemilih dengan paslon.

"Ini bukan persoalan SARA. SARA yang salah dalam konteks kampanye adalah dari sisi negatif. Sedangkan homogenitas dari sudut yang positif, karena kebiasaannya, orang memilih karena memiliki kedekatan homogenitas atau kesamaan budaya dengan pilihannya," ujarnya.

Jauh dari itu, tegas Emrus Sihombing, sosok Djarot sudah dikenal secara nasional sebagai tokoh nasionalis dan pluralis.

"Saya pikir Sumut sangat terkenal sebagai daerah yang sangat pluralis, Sehingga tidak terlalu sulit bagi warga Sumut untuk menerima mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai Cagub," katanya.

Ditambah lagi sosok Sihar, dia melihat sebagai tokoh yang sangat dikenal dan diterima masyarakat dari subetnis yang ada di Sumut.

Lebih lanjut modal kuat yang dimiliki pasangan ini adalah sosok Djarot yang sangat terkenal pro rakyat. Apalagi jika melihat karir Djarot mulai dari Walikota Blitar, Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved