Jumat, 3 Oktober 2025

Korupsi KTP Elektronik

Golkar Tetap Dukung Jokowi di Pilpres 2019, Kecuali . . .

Saat menjabat Ketua Umum Golkar Setya Novanto mengatakan, partainya secara konsisten tetap mendukung Joko Widodo

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
INSTAGRAMTRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Presiden Joko Widodo bersalaman dengan Ketua DPR RI Setya Novanto usai melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (26/10/2014). DPR menyerahkan hasil perbaikan nomenklatur kabinet kepada Presiden. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan, siapapun Ketua Umum Partai Golkar penganti Setya Novanto bakal tetap memberikan dukungan kepada Joko Widodo dalam Pilpres 2019.

Hal ini, jika rapat pleno DPP Partai Golkar memutuskan untuk dilakukan musyawarah luar biasa (Munaslub) untuk mencari penganti Setya Novanto.

"Saya berharap Golkar tetap mendukung Pak Jokowi, siapapun ketua umumnya," kata Ace kepada wartawan di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Senin (20/11/2017).

Anggota Komisi II DPR RI ini mengatakan, perubahan dukungan Partai Golkar pada Jokowi hanya bisa dibatalkan melalui Munaslub.

"Keputusan yang bisa dibatalkan melalui Munaslub," katanya.

Baca: Nazaruddin Sebut Melihat Serah Terima Uang Rp 20 Miliar Untuk Marzuki Alie

Saat menjabat Ketua Umum Golkar Setya Novanto mengatakan, partainya secara konsisten tetap mendukung Joko Widodo dalam Pilpres 2019 mendatang.

Hal tersebut menjadi salah satu amanat hasil Munaslub pada 2016 lalu.

Sebelumnya diberitakan, Partai Golkar harus segera melaksanakan Musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan Setya Novanto.

Munaslub tak bisa ditunda, karena akan berdampak pada roda organisasi.

"Munaslub menjadi keniscayaan yang harus dilakukan," kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP Golkar Bidang Kepartaian Sarmuji.

Menurutnya, Golkar harus memiliki figur baru pemimpin partai. Golkar sebagai organisasi, katanya, tidak mungkin berjalan tanpa pemimpin dalam waktu yang lama.

"Kalaupun sistem organisasi partai tetap berjalan, tetapi tanpa pemimpin pengambilan keputusan akan sulit menemui kata akhir. Ini akan sangat berbahaya bagi organisasi sebesar Golkar," kata Sarmuji.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved