Kasus First Travel
Bos First Travel Selalu Bilang Bulan Depan Jika Ditagih Hutang Oleh Pengusaha Hotel di Arab Saudi
"Kami kecewa karena dia tidak tepati janji. Saya telepon tidak diangkat. Sampai saat ini belum ketemu lagi,"
Saber mengatakan, Andika selalu berjanji bulan depannya akan dilunasi.
Namun, uang itu belum dibayar hingga kini.
Saber pernah bertemu Andika dan memberikan surat utang serta membuatkan jadwal pembayaran.
Namun, dari perjanjian pembayaran 500.000 riyal, hanya dibayarkan 30.000 riyal.
"Kami kecewa karena dia tidak tepati janji. Saya telepon tidak diangkat. Sampai saat ini belum ketemu lagi," kata dia.
Tidak hanya soal utang, Saber juga mengeluhkan manajemen Firts Travel dan perlakuannya pada jemaah Indonesia.
Andika kerap meminta Saber menyediakan kamar secara mendadak hari itu saja.
Untung saja selalu ada kamar yang tersedia.
Saber juga sering mengingatkan Andika soal itu.
Namun, hanya ditanggapi dengan berbagai alasan yang sama.
Saber khawatir, jika sistem serba dadakan itu terus dilakukan, sementara kamar hotelnya sedang penuh, maka jemaah akan terlantar.
"Meski ada masalah dengan FT, tetap kami layani. Kami kasihan kalau jemaah terlantar. Biarlah masalah FT dengan kami diselesaikan nanti," kata dia.
Dari pengalamannya berbisnis dengan First Travel, Saber mendapat pelajaran berharga.
Selama ini, di Arab Saudi, dalam berbisnis tidak diperlukan surat kontrak ataupun perjanjian hitam di atas putih.
Namun, ke depan, jika akan bekerja sama lagi dengan agen perjalanan dari Indonesia, kontrak kerja tersebut harus dibuat.
"Kami berikan kepercayaan lebih pada First Travel. Inilah kesalahan terbesar kami," ucap Saber.
Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul: Cerita Pengusaha Hotel di Arab Saudi yang Belum Dibayar First Travel