Kasus First Travel
Bos First Travel Selalu Bilang Bulan Depan Jika Ditagih Hutang Oleh Pengusaha Hotel di Arab Saudi
"Kami kecewa karena dia tidak tepati janji. Saya telepon tidak diangkat. Sampai saat ini belum ketemu lagi,"
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembayaran hotel di Arab Saudi yang dilakukan First Travel milik Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan mulai tersendat sejak 2016.
Ahmed Saber, seorang pengusaha hotel Dyar Al-Manasik di Jeddah mengaku telah berbisinis dengan First Travel sejak 2015.
Saat awal berbisnis, ia tidak memiliki masalah pembayaran dengan First Travel.
Namun, pada 2016, penyetoran uang mulai terhambat.
Baca: Pengakuan Mantan Karyawan: Bos First Travel Salat Jumat Pun Maunya Diantar Mobil Hummer
First Travel telat membayar setoran uang hotel untuk jemaah umrah yang menginap di hotel milik Saber.
"Telat bayar sebulan. Baru dilunasi setelah Idul Fitri," ujar Saber dalam wawancara dalam acara "Rosi" di Kompas TV, Kamis (24/8/2017) malam.
Namun, masalah besar dalam bisnis mereka baru terjadi pada 2017.
Sejak bulan Maret, Andika tidak membayarkan uang hotel kepada Saber.
Baca: First Travel Sengaja Tunjukan Kemewahan Agar Terlihat Meyakinkan
Padahal, ia memberi kepercayaan penuh pada First Travel yang dia anggap sebagai agen perjalanan umrah terbesar di Indonesia.
Pada 2017, First Travel bekerja sama dengan hotel Dyar Al-Manasik untuk pemesanan kamar jemaah sebesar 15 juta riyal Saudi.
"Yang belum terbayar 6,8 juta riyal Saudi atau sekitar Rp 25 miliar," kata Saber.
Saber kerap menagih utang itu kepada Andika.
Namun, Andika selalu berkilah dan meminta waktu untuk melunasi.
Baca: Bos First Travel Ingin Berangkatkan Jemaah Dengan Rekrut Jemaah Baru, Polisi: Itu Penipuan Baru
Saber mengatakan, Andika selalu berjanji bulan depannya akan dilunasi.
Namun, uang itu belum dibayar hingga kini.
Saber pernah bertemu Andika dan memberikan surat utang serta membuatkan jadwal pembayaran.
Namun, dari perjanjian pembayaran 500.000 riyal, hanya dibayarkan 30.000 riyal.
"Kami kecewa karena dia tidak tepati janji. Saya telepon tidak diangkat. Sampai saat ini belum ketemu lagi," kata dia.
Tidak hanya soal utang, Saber juga mengeluhkan manajemen Firts Travel dan perlakuannya pada jemaah Indonesia.
Andika kerap meminta Saber menyediakan kamar secara mendadak hari itu saja.
Untung saja selalu ada kamar yang tersedia.
Saber juga sering mengingatkan Andika soal itu.
Namun, hanya ditanggapi dengan berbagai alasan yang sama.
Saber khawatir, jika sistem serba dadakan itu terus dilakukan, sementara kamar hotelnya sedang penuh, maka jemaah akan terlantar.
"Meski ada masalah dengan FT, tetap kami layani. Kami kasihan kalau jemaah terlantar. Biarlah masalah FT dengan kami diselesaikan nanti," kata dia.
Dari pengalamannya berbisnis dengan First Travel, Saber mendapat pelajaran berharga.
Selama ini, di Arab Saudi, dalam berbisnis tidak diperlukan surat kontrak ataupun perjanjian hitam di atas putih.
Namun, ke depan, jika akan bekerja sama lagi dengan agen perjalanan dari Indonesia, kontrak kerja tersebut harus dibuat.
"Kami berikan kepercayaan lebih pada First Travel. Inilah kesalahan terbesar kami," ucap Saber.
Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul: Cerita Pengusaha Hotel di Arab Saudi yang Belum Dibayar First Travel