Pemilu 2019
Setya Novanto Berpeluang Dampingi Jokowi, JK Pilih Momong Cucu
Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto berpeluang menjadi pendamping Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019.
Sebab, akan menjadi berbahaya jika memaksakan menyodorkan nama kader Golkar namun tak cocok dengan Jokowi.
"Kita harus hati-hati kalau soal itu, kita percayakan saja pada Presiden," ujar Ketua DPR RI itu.
Dia pun menjawab diplomatis soal kemungkinan dirinya mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019 mendatang.
"Wah saya ini yang penting semuanya selamat saja sudah makasih. Jangan mikir jauh-jauh. Saya ini cukup selesaikan tugas-tugas kerja saya yang bisa selesai dengan selamat," tutur Novanto.
"Golkar-nya selamat, sudah dan bisa berjuang untuk kepentingan bangsa negara," sambungnya.
Kalla Istirahat
Terpisah, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memilih takkan maju lagi dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) pada 2019.
Hal itu ia utarakan ketika ditanya soal keinginan Dewan Pembina DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie yang menyebut, partainya perlu untuk segera membahas usulan calon wakil Presiden pendamping Jokowi Widodo.
Terlebih, usai partai berlambang Beringin itu resmi mengusung Joko Widodo untuk Pilpres 2019.
"Perlu lah di internal Golkar (dibahas). Golkar perlu mengevaluasi kader yang cocok untuk itu (calon wapres). Yang jelas bukan saya," kata Kalla di rumah dinas Wakil Kepresidenan, Jakarta.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 tersebut mengaku ingin beristirahat, ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk keluarga.
"Saya kan mau istirahat setelah ini. Pastilah ingin menikmati dengan cucu dan sebagainya," kata Kalla.
Kalla juga menilai, Golkar memang perlu untuk segera mencari calon pasangan Jokowi. Hanya saja, saat ini waktunya belum tepat.
"Tentang Wapres, memang perlu, tapi persoalannya apa sudah waktunya? Kan Presiden dan Wapres itu selalu bukan keinginan satu partai," kata Kalla.
Menurut Kalla, sebelum membahas mengenai masalah calon wakil presiden, Golkar seharusnya membangun koalisi partai terlebih dulu.
"Jadi pembicaraannya koalisi. Tapi kalau untuk menetapkan pada dewasa ini pasti belum waktunya. Karena butuh koalisi juga. Koalisi saja belum terbentuk, apalagi mengusulkan pasangannya," ujar dia. (kps)