Pantaskah Anggota FPI Terpilih Jadi Komisioner Komnas HAM?
Masuknya nama Zainal dalam daftar calon komisioner Komnas HAM memicu kontroversi karena FPI selama ini justru kerap berseberangan dengan Komnas HAM.
Terlepas dari rekam jejak Zainal di Semarang, peneliti SETARA Institute Ismail Hasani menilai Zainal 'tidak tepat' menjadi anggota Komnas HAM karena keterkaitannya dengan FPI, yang tidak mendukung prinsip non-diskriminasi dan anti-kekerasan.
"Tugas yang akan diemban komisioner Komnas HAM di antaranya adalah penghapusan diskriminasi dan kekerasan atas nama apapun," ujarnya.
Ismail menghimbau agar panitia tidak mempertaruhkan proses seleksi.
"Bagian-bagian yang potensial melemahkan Komnas HAM di masa depan saya kira harus dihindari, salah satunya dengan memilih komisioner yang memang memiliki integritas, kredibilitas, juga keberpihakan pada penghapusan diskriminasi dan kekerasan."
Publik dapat menguji
Bagaimanapun, khalayak dapat menguji sendiri kemampuan dan integritas para calon anggota lembaga penegakan HAM dalam dialog publik yang digelar pada 17-18 Mei di Sekretariat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta Selatan.
Wakil ketua panitia seleksi Harkristuti mengatakan pada acara tersebut setiap calon diminta menyampaikan visi dan misi mereka untuk Komnas HAM, lalu para hadirin diberi kesempatan mengajukan pertanyaan atau komentar atas paparan calon.
Berdasarkan hasil dialog publik dan penelusuran rekam jejak, maka para calon akan lolos ke tahap keempat yang mencakup tes kesehatan, tes psikologi, dan wawancara terbuka.
Dengan demikian panitia akan memperoleh 14 nama calon untuk diajukan ke DPR, yang memiliki kata akhir untuk memilih tujuh komisioner Komnas HAM baru.