Rhenald Kasali : Pemain Lama Butuh Mesin Waktu yakni Orang Muda yang Memiliki Ide dan Inovasi
Rhenald menyebut lawan kita saat ini adalah orang yang menggunakan masa depan, untuk melawan kita di masa sekarang
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Rhenald Kasali , seorang akademisi dan praktisi bisnis menilai saat ini media massa berubah.
Iklan sekarang ini pindah ke youtube dan google dan perkembangan membuat kacau bagi pemain lama.
“Orang sekarang bisa menulis di medianya sendiri (sosial media)," kata Rhenald Kasali di sela-sela bedah bukunya berjudul Disruption di Bekasi belum lama ini.
Belum lagi munculnya berbagai aplikasi yang membuat penggunanya memperoleh pelayanan lebih murah.
"Sekarang muncul taksi yang tidak memiliki plat kuning, dan penumpangnya turun tidak kelihatan membayar," katanya dalam acara yang diadakan Asosiasi Penulis dan Inspirator Indonesia (ASPIRASI) ini.
Baca: Rhenald Kasali: Aturan Tentang Taksi Online Sudah Benar
Aplikasi, kata dia memungkinkan orang mau kemana saja di dunia ini jadi murah bahkan gratis dijemput, dan diantarkan.
Untuk menghadapi perubahan ini, Rhenald meminta para pemain lama untuk memiliki mesin baru yakni orang muda yang penuh akan inovasi dan memiliki cara pandang jauh ke depan.
“Di dunia ini orang muda itu miskin masa lalu, tapi kaya masa depan. Internet of think. Lawan kita saat ini adalah orang yang menggunakan masa depan, untuk melawan kita di masa sekarang,” katanya.
Sementara itu, motivator, innovator dan author nasional, Dedi Mahardi juga meluncurkan buku 'revolusi mental', Dedi mengatakan revolusi mental yang menjadi jargon Presiden Jokowi belum berdampak yang signifikan.
Baca: Rhenald Kasali: Dunia Tengah Saksikan Runtuhnya Perusahaan-perusahaan Besar
Ditandai dengan semakin maraknya korupsi dan penyakit masyarakat lainnya semakin parah.
"Kalau dilihat dari kondisi bangsa, belum berdampak yang besar. Apalagi dibandingkan dengan bangsa yang juga menganut revolusi mental seperti Kuba dan China," jelas Dedi.
Menurut Dedi, negara yang sudah berhasil revolusi mentalnya adalah munculnya pemimpin yang dapat jadi teladan serta sistem yang mengikat semua elemen bangsa sehingga mereka bisa berubah.
Tetapi di negara ini, lanjut Dedi, sistem dibuat untuk kepentingan kelompok dan kepentingan jangka pendek.