Jumat, 3 Oktober 2025

Penangkapan Terduga Teroris

Perakitan Bom Panci di Jumantono Dibawa Jalur Darat ke Jakarta

Seluruh bahan dan komponen itu dipindahkan dari kantor Azzam Dakwahh Center (ADC) ke rumahnya.

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Tim Puslabfor Polri bersama Tim Densus 88 Antiteror melakukan olah tkp rumah kontrakan terduga teroris di Bintara, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (11/12/2016). Puslabfor Polri membawa lima paper bag dan dua kardus ukuran sedang usai melakukan olah tkp lanjutan atas penggerebekan terduga teroris dan penemuan bom berdaya ledak tinggi pada Sabtu (10/12/2016). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Seorang petani bernama Suyanti alias Abu Iza alias Abu Daroini (40) turut ditangkap Densus 88 pada Sabtu (10/12/2016) lalu karena masuk dalam kelompok dari jaringan Kelompok Jamaah Anshar Khilafah Daulah Nusantara (JAKDN), pimpinan Nur Solihin yang terafiliasi dengan Bahrun Naim‎.

Peran dari Suyanto dalam teror bom di Istana Negara, dengan calon pengantin Dian Yulia Novi yakni menyediakan rumahnya sebagai tempat untuk merakit bom.

Selain itu, Suyanto juga ikut merakit bom bersama Nur Solihin dan Khafid Fathoni, mahasiswa yang ditangkap di Ngawi, Jawa Timur.

"Jadi bom dibuat di rumah Suyanto, Putuk Unggul, Jumantono, Karanganyar. Dia ikut rakit dan mengawasi situasi sekitar," ucap Kavid Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar, Kamis (15/12/2016) di Mabes Polri.

Sebelumnya merakit bom di kediaman Suyanto, beberapa bahan peledak lain dan komponen pembuat bom sempat disimpan di Klaten oleh Wawan Prasetyawan alias Abu Umar.

Dimana Wawan adalah buruh bangunan yang sudah berbaiat kepada ISIS.

Dia berinisiatif menyimpan bahan peledak dan komponen pembuat bom di rumahnya, Pedan, Klaten, Jawa Tengah.

Seluruh bahan dan komponen itu dipindahkan dari kantor Azzam Dakwahh Center (ADC) ke rumahnya.

Lalu atas perintah Nur Solihin, Wawan mengantarkan bahan dan komponen bom ke dekat Stasiun Puwosari untuk diserahkan ke Nur Solihin dan dirakit di rumah Suyanto.

Selama proses pembuatan bom, Suyanto, Nur Solihin dan Khafid Fathoni selalu mendapat panduan dari Bahrun Naim.

‎Komunikasi antara mereka dengan Bahrun Naim juga terjalin intens.

"Setelah bom selesai dibuat, Suyanto lalu membawa bom ke pom bensin dekat waduk di Karanganyar lalu diserahkan ke Nur Solihin dan Agus Supriyadi untuk dibawa ke Jakarta‎," kata Boy Rafli Amar.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved