Suap Pejabat Bakamla
Penangkapan Pejabat Bakamla Jadi Kado Tak Diharapkan di HUT ke-2/44 Bakamla RI
Eko Susilo Hadi bersama seorang pengusaha swasta ditangkap oleh tujuh petugas KPK di ruang kerjanya, kantor lama Bakamla, Jalan Dr Soetomo nomor 11.
Sejumlah uang dan mobil baru milik Eko Susilo Hadi, Toyota Fortuner seri VRZ hitam bernomor polisi B 15 DIL, turut dibawa oleh petugas KPK
Kabar penangkapan Eko Susilo Hadi bagai 'petir di siang bolong' dan seperti kado yang sangat tidak diharapkan buat jajaran Bakamla yang tengah bahagia menyambut hari ulang tahun ke-2/44.
Bakamla RI yang dibentuk melalui Peraturan Presiden pada 15 Desember 2014 atau dua tahun lalu ini merupakan revitalisasi dari Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla).
Namun cikal bakal badan negara berlambang jangkar dan garpu tala ini sudah terbentuk sejak dibentuknya Badan Koordinasi Keamanan dan Komando Pelaksana Operasi Keamanan di Laut melalui Surat Keputusan Bersama Empat Menteri pada 1972 atau 44 tahun lalu.
"Iya pasti kaget. Hampir semua pejabat ada disini buat persiapan acara besok. Saya juga di sini dari pagi," ungkapnya.
Kaget, kecewa, prihatin dan sedih. Perasaan tersebut bercampur di diri Ari Soedewo selaku orang nomor satu Bakamla setelah mengetahui kabar buruk tersebut.
Menurut Arie, Bakamla dengan capaian kerja yang cukup baik dengan usia lembaga terbilang muda dua tahun, menjadi kebahagian tersenadiri buat pimpinan dan staf dalam menyambut HUT ke-2 kali ini.
Beberapa target program kerja pengawasan keamanan laut tersebut bisa dilaksanakan sesuai rencana kerja.
"Banyak pihak-pihak dan pengusaha-pengusaha di laut ini sudah waspada terhadap Bakamla," ujarnya.
Namun, tertangkapnya Eko Susilo Hadi saat perayaan HUT Bakamla ini sekaligus menjadi kekecewaan dan kesedihan tersendiri buat jajarannya, terlebih dirinya.
Sebab, Arie mengaku sudah sering mewanti-wanti jajarannya, termasuk kepada Eko Susilo Hadi, agar tidak main-main dengan anggaran negara, sejak dilantik menjadi Kepala Bakamla pada 16 Maret 2016.
Namun perkataannya tak didengar dan dilaksanakan.
"Tentunya saya prihatin dengan keadaan ini. Bahwa ini sebuah pelajaran, jangan sampai terulang. Karena hal yang saya terus garisbawahi sejak awal, jangan main-main terhadap anggaran negara," ujarnya.
Apa mungkin kejadian ini karena Anda selaku pimpinan kurang 'galak' kepada bawahan berkaitan anggaran?
"Yah kurang tahulah. Toh, Bakamla ini multi agent. Ada dari kejaksaan, ada Angkatan Laut, Polri dan dari lembaga lainnya. Yang bersangkutan dari kejaksaan," jawabnya.