Penggunaan Kertas Daur Ulang untuk Kemasan Makanan Membahayakan
Zat-zat kimia tersebut berdampak negatif terhadap tubuh manusia dan dapat memicu penyakit seperti kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah beming
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tempat penyimpanan makanan terus mengalami perubahan dari masa ke masa seiring berjalannya waktu.
Pemanfaatan bahan yang digunakan sebagai kemasan makan yang umum digunakan dari masa ke masa antara lain keramik, kaca, plastik, aluminium foil, hingga yang berbahan dasar kertas.
Berbicara tentang kemasan pangan berbahan dasar kertas yang paling lazim digunakan di Indonesia, ternyata masih banyak yang belum layak untuk dijadikan sebagai kemasan pangan primer.
Contohnya masih banyak ditemukan penggunaan kertas koran, kertas bekas cetakan, atau kertas daur ulang sebagai kemasan nasi kotak, nasi bungkus, gorengan, dan kotak martabak.
Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), jumlah bakteri yang terkandung dalam kertas pangan yang terbuat dari kertas daur ulang sekitar 1,5 juta koloni per gram, sedangkan rata-rata kertas nasi yang umum digunakan beratnya 70 – 100 gram, itu artinya ada sebanyak 105 juta – 150 juta bakteri yang terdapat di kertas tersebut.
“Kandungan mikroorganisme di kertas daur ulang memiliki nilai tertinggi dibandingkan jenis kertas lainnya, ini melebihi batas yang ditentukan,” ujar Euis Hermiati peneliti Pusat Penelitian Biomaterial LIPI dalam acara roadshow food safety packaging di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Dikatakannya, zat-zat kimia tersebut berdampak negatif terhadap tubuh manusia dan dapat memicu berbagai penyakit seperti kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem endokrin, gangguan reproduksi, meningkatkan risiko asma, dan mutasi gen.
Menurut dia, kemasan makanan berbahan dasar kertas non daur ulang bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan penggunaan kemasan daur ulang dan styrofoam.
Kemasan kertas non daur ulang baik untuk konsumen, makanan dan lingkungan.
“Seperti di luar negeri tren nya sudah seperti itu jadi untuk mengurangi limbah karena biasanya kemasan ini bio degradable dan sudah memiliki standar keamanan,” ujarnya.
Rangkaian roadshow food safety packaging yang dilaksanakan di 3 lokasi, antara lain Jakarta, Bandung (29/11), dan Semarang (2/12) dihadiri oleh beberapa narasumber di bidang food safety antara lain Badan POM, LIPI, dan LPPOM MUI.
Program ini bertujuan untuk memberi edukasi kepada masyarakat untuk hidup sehat, salah satunya memilih kemasan pangan yang food grade dan higienis.
Sebagai alternatif lainnya, masyarakat dapat menggunakan kemasan pangan berkategori food grade yang seratus persen terbuat dari serat alami dengan ciri-ciri tampilan berwarna putih bersih, tidak berbintik-bintik, dan tidak tembus minyak.
Di samping itu, karton food grade bersifat ramah lingkungan karena mudah terurai.
Foopak Technical Expert, Atul Tyagi mengatakan, produk foopak yang kami produksi dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadirkan kemasan pangan yang aman dan higienis bagi para konsumen dan produsen makanan.