Senin, 29 September 2025

Kisah Penerbang TNI AD Saat Operasi Mapenduma yang Jarang Diketahui Publik

delapan heli terbang dalam formasi trail dengan teknik Mobud (mobile udara) dan dikawal gunship BO-105. Tujuan mereka sama: Memburu kelompok OPM

Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Penerbad 

Termasuk satu heli serang BO-105 yang diterbangkan Lettu CPN Wahyu Jatmiko, yang pada bulan April sudah naik pangkat menjadi kapten.

Namun karena di Timika tidak ada yang menjual pangkat ABRI, selama itu Wahyu akhirnya tetap menggunakan pangkat lettunya. BO-105 melaksanakan latihan penembakan roket secara terpisah di tempat khusus.

Medan berat yang menanti sangat disadari oleh segenap pelaku. Semua tahu bahwa Irian Jaya adalah medan yang sangat sulit untuk ditaklukkan.

Tidak hanya oleh pasukan darat tapi juga oleh para “Prajurit Terbang” Penerbad. Karena itu latihan menjadi satu-satunya cara untuk membiasakan diri dengan medan berat ini.

Karena baiknya dukungan logistik selama masa persiapan di Timika, moril seluruh pasukan tetap terjaga.

Selama persiapan di Timika, latihan dilaksanakan setiap hari. Setelah dilaksanakan secara parsial, dimulailah latihan bersama antara Penerbad dan Kopassus. Secara kebetulan, hampir seluruh tim yang terlibat baik dari Penerbad maupun Kopassus adalah personel yang sama saat melaksanakan demo pembebasan sandera di Halim beberapa bulan sebelumnya.

Sebagai komandan detasemen Penerbad adalah Kapten CPN Catur Puji Santoso. Sehingga begitu saling bertemu di lapangan, chemistry di antara mereka langsung tersambung antara satu dengan yang lain. Latihan yang dilaksanakan di antaranya fastrope dan rappelling dari heli.

Beberapa insiden mewarnai suasana latihan. Beberapa personel mengalami cedera karena jatuh saat fastrope dari heli.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diduga bahwa beban terlalu berat yang dibawa personel saat latihan menjadi salah satu penyebab kecelakaan. Awalnya prajurit Kopassus yang melaksanakan latihan sudah dengan full gears seperti senjata perorangan, ransel berat, dan rompi antipeluru.

Demi alasan keamanan, sebagian dilepas selama pelaksanaan latihan sehingga tidak ada lagi kecelakaan.

Medan latihan dibuat dalam beberapa skenario. Mulai dari medan berumput, lapangan terbuka, sungai-sungai, hutan belukar hingga di ketinggian. Sebuah pelajaran lagi diperoleh dari latihan di medan berhutan ini.

Meski telah berlatih dengan keras dan mendapat masukan dari para penerbang yang biasa beroperasi di Irian, toh tetap saja masih banyak “ruang misteri” di belantara Irian.

Tidak mau mengambil risiko, Prabowo pun meminta bantuan geolog asal Bandung yang juga dikenal di kalangan penempuh rimba, yaitu Tedy Sutadi Kardin.

Dedengkot Wanadri ini dijadikan analis khusus untuk memberikan gambaran kondisi medan dan membuatkan semacam peta operasi. Walaupun Penerbad sudah memiliki alat navigasi berbasis satelit GPS, namun karena masih dinilai “barang aneh”, penggunaannya belum maksimal.

Umumnya penerbang belum terbiasa mengoperasikannya sehingga harus belajar terlebih dahulu.

Halaman
1234
Sumber: Angkasa
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan