Senin, 29 September 2025

Kisah Penerbang TNI AD Saat Operasi Mapenduma yang Jarang Diketahui Publik

delapan heli terbang dalam formasi trail dengan teknik Mobud (mobile udara) dan dikawal gunship BO-105. Tujuan mereka sama: Memburu kelompok OPM

Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Penerbad 

Hampir bersamaan dengan itu, dari Semarang dikirim heli tambahan ke Timika, juga diterbangkan dengan Hercules.

Saat itu, ingat Eko, Hercules menjadi tulang punggung utama dengan melakukan operasi jembatan udara secara besar-besaran. Menggeser personel beserta alat peralatan dari berbagai tempat ke Irian.

Satu hal yang dicatat Letkol CPN Eko Priyanto, perwira penerbang Puspenerbad, dari proses pergeserannya dari Baucau ke Timika adalah, prestasi Penerbad karena berhasil merakit dan menerbangkan tiga heli sekaligus dalam satu hari.

Di Bandara Timika mereka memanfaatkan fasilitas milik Airfast, sehingga secara tidak langsung Penerbad banyak terbantu.

Karena mendapat bantuan dari para teknisi Airfast, bahkan beberapa heli Bell-205 performanya menjadi lebih bagus.

“Mereka melakukan tracking sehingga 205 yang biasanya speed hanya sampai 100 knot, waktu itu bisa 110. Dalam waktu empat hari, sembilan heli sudah serviceable,” kata Eko.

Hingga saat itu sudah terkumpul empat Bell-412, lima Bell-205, satu BO-105, dan satu lagi Bell-412 milik Airfast sebagai back up. Sekitar satu bulan kemudian Satgas mendapat perkuatan satu unit heli SA-330 Puma milik TNI AU.

Boleh dikata sejak kedatangan seluruh helikopter di Timika, bandara yang menjadi basis operasi Airfast ini dijadikan posko utama Satgas.

Semua heli dan pasukan yang umumnya dari Kopassus sudah berkumpul di sini. Pada suatu hari Prabowo memberikan taklimat bahwa seluruh pasukan harus bersiap melaksanakan operasi pembebasan sandera jika dibutuhkan.

Disampaikan juga bahwa kelompok OPM ini membekali dirinya dengan senapan dan sebagian besar menggunakan panah dan senjata tajam lainnya.

Sementara itu memang upaya persuasif tengah dilakukan yang tidak hanya melibatkan ABRI, tapi juga Palang Merah Internasional (ICRC), PBB, Paus Johanes Paulus II, dan Presiden Parlemen Uni Eropa.

Dalam proses negosiasi yang alot itu pula, penyandera akhirnya bersedia melepaskan beberapa sandera, khususnya seorang ibu dan bayinya. Sehingga tersisa 11 sandera yang terus dipertahankan hingga detik terakhir.

Insiden Timika

Sambil menunggu negosiasi yang menjemukan itu, Satgas Pembebasan Sandera memulai langkah persiapan dengan melaksanakan sejumlah latihan.

Latihan dilakukan mulai dari tingkat perorangan, kelompok hingga gabungan. Baik oleh pasukan penyerbu dari Kopassus dengan kekuatan inti dari Den-81, maupun detasemen Penerbad.

Halaman
1234
Sumber: Angkasa
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan