Kamis, 2 Oktober 2025

Dirut Bulog Dicecar Hakim: Kalau Disuruh Irman Masuk Neraka Siap?

Lewat hubungan telepon, Irman meminta Djarot untuk mengakomodir perusahaan milik terdakwa Xaveriandy

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Dirut Bulog Djarot Kusumayakti tiba di kantor KPK Jakarta, untuk diperiksa, Rabu (12/10/2016). Djarot kembali menjalani pemeriksaan sebagai saksi untuk tersangka mantan Ketua DPD, Irman Gusman terkait kasus dugaan suap distribusi kuota gula impor di Sumatera Barat. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta geram setelah mendengar percakapan antara Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti dengan mantan Ketua DPD Irman Gusman.

Lewat hubungan telepon, Irman meminta Djarot untuk mengakomodir perusahaan milik terdakwa Xaveriandy Susanto dan istrinya, Memi.

Hal itu terungkap dalam sidang lanjutan kasus dugaan suap rekomendasi penambahan kuota distribusi gula impor untuk wilayah Sumatera Barat.

‎Awalnya, hakim anggota, Nawawi mempertanyakan perubahan intonasi suara Djarot dalam tiga percakapan telepon yang diputar jaksa.

Jaksa dalam sidang ini memutar pembicaraan telepon antara Djarot dengan Irman Gusman dan juga antara Djarot dengan Kepala Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Barat Benhur Ngakaimi, serta Djarot dengan Memi.

"‎Kelihatan Anda ngomong dengan Irman dan Benhur beda? Seharusnya ngomong dengan siapapun intonasinya," kata Nawawi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (15/11/2016).

Nawawi seperti curiga dengan intonasi suara Djarot ketika bicara dengan Irman. Intonasi suara‎ Djarot rendah dan terkesan takut terhadap Irman.

Sementara intonasi suara Djarot ketika menelepon Benhur lebih tinggi dan lebih tegas atau seperti memerintahkan.

"Kalau ngomong dengan Irman, siap, siap, nggih. Kalau disuruh (Irman) masuk neraka, siap-siap ‎juga begitu?" Kata Nawawi.

Menurut Djarot, hal itu dilakukan untuk menghormati Irman selaku Ketua DPD. Sehingga intonasi suaranya berbeda ketika dalam pembicaraan.

"Ini hanya karakter saya untuk kepada orang terhormat. Saya biasanya tidak memanggil nama, dan saya selalu mengatakan 'siap' untuk hal yang tidak prinsip. (Saya menghormati Irman) karena terkait jabatan beliau," kata Djarot.

Diketahui Irman menghubungi Djarot untuk meminta CV Semesta
Berjaya, perusahaan milik Xaveriandy Sutanto dan istrinya Memi menjadi distributor 3000 ton gula impor, dari Bulog Divisi Regional Sumatera Barat.

Lewat perbincangan telepon, Irman yang mengaku baru pulang
dari Sumatera Barat mendampingi Presiden Joko Widodo, dan mau mengusulkan ke Presiden agar Bulog tidak lagi berbentuk perusahaan umum tetapi lembaga dibawah presiden yang berfungsi sebagai stabilitator, menyampaikan tingginya harga gula di Sumbar kepada
Djarot.

Irman lalu juga merekomendasikan Memi selaku pengusaha di Sumbar untuk menjadi mitra Bulog.

"Pak Irman memberi Informasi tentang harga gula yang mahal. Kedua, informasi ada pengusaha gula di Sumbar, namanya Meme (Memi)," kata Djarot.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved