Jumat, 3 Oktober 2025

Beda Poso dan Filipina Selatan dalam Aksi Terorisme

Jauh dari pusat pemerintahan dan menjadi tempat untuk perencanaan dan pelatihan aksi teror atau disebut Qoidah Aminah.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hendra Gunawan
AP
Militan Abu Sayyaf di pulau Jolo, Filipina selatan 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Poso, Sulawesi Tengah dikenal sebagai tempatnya salah satu jaringan terorisme yang berbaiat kepada ISIS di Indonesia yakni Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang sedang diburu oleh pemerintah.

‎Peneliti pusat Kajian ‎Terorisme dan Konflik Sosial Univeritas Indonesia Sallahudin mengatakan dari segi kewilayahan Poso hampir mirip dengan Filipina Selatan‎ tepatnya daerah Mindanao atau Provinsi Basilan.

Jauh dari pusat pemerintahan dan menjadi tempat untuk perencanaan dan pelatihan aksi teror atau disebut Qoidah Aminah.

"Mindanao sudah dijadikan wilayah dari ISIS di Filipina. Wilayah itu istilahnya bagian dari ISIS di luar Irak dan Suriah. Dari segi kewilayahan Poso karakternya hampir sama dengan Filipina Selatan, ‎" katanya dalam diskusi Radikalisme dan terorisme Indonesia di grha Oikoumene, Salemba, Jakarta, Senin (22/8/2016).

Namun menurutnya Poso tidak akan bisa menjadi wilayah pusat pendukung ISIS seperti di Basilian, Filipina.

Pasalnya organisasi pendukung ISIS di Indonesia terpecah. Di Filipina organisasi yang berbait pada ISIS menyatu di bawah sosok Isnilon Hapilon yang dijadikan amir.

Sementara itu di Indonesia, ada kelompok Santoso, Bahrun Naim, Bahrumsyah, yang kesemuanya terpecah.

‎"Di Indonesia sulit bagi mereka bikin wilayah. Harus ada organisasi tunggal memayungi mereka. Di Indonesia sulit membentuk organisasi tunggal. Masih ada faksi faksi, beda dengan Filipina. " paparnya.

Selain itu Salahudin berharap dalam penumpasan jaringan teroris di Poso perlua dilakukan dengan cara soft approach.
Selain dengan aksi militer, pendekatan lunak perlu dilakukan sehingga ‎terorime bisa ditumpas hingga ke akar akarnya. Tidak muncul lagi bibit bibit baru nantinya yang akan mengancam kedaulatan NKRI.

‎"Soft approach ada dua langkah, pertama derakalisasi dan kedua kontra deradikalisasi.‎ Sekarang ini secara strategi sudah tepat, namun langkah soft approach masih harus diperbaiki," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved