Peneliti ISIS: Kelompok Ekstremis Gunakan Internet dan Bahasa Arab untuk Kecohkan Muslim
"Yang parah adalah kebanyakan menggunakan bahasa Arab, jadi sering memicu kesalahan tafsir dan menarik muslim,"
Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk mengecoh muslim, kelompok ekstremis kerap menggunakan internet dan bahasa Arab dalam menyampaikan pesannya.
Seperti yang dilakukan kelompok ISIS yang kerap menjadikan media sosial sebagai platform utamanya dalam menyebarkan pesan-pesan palsu.
Hal itu disampaikan seorang ahli dan peneliti ISIS, Dr Nico Prucha, di ajang International Summit of the Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) di JCC Senayan.
"Yang parah adalah kebanyakan menggunakan bahasa Arab, jadi sering memicu kesalahan tafsir dan menarik muslim," katanya.
Menurutnya, ISIS kerap mengklaim sebagai satu-satunya kelompok muslim sejati.
Padahal, jelas ISIS adalah elemen palsu yang mengatasnamakan Islam, sunnah, dan Alquran atas segala aksi brutalnya.
"(ISIS) menolak Islam yang ada di Indonesia yang menurut mereka salah karena menjunjung toleransi kepada umat beragama," tambah Nico.
Hal yang merugikan Islam, eksistensi ISIS seringkali malah dipandang sebagai representasi Islam oleh orang-orang yang tak mengenal Islam.
Helatan ISOMIL digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dari Senin (9/5/2016) hingga Rabu (11/5/2016).
Dalam konferensi yang mengundang sejumlah tokoh negara Islam dan ulama moderat itu, PBNU berupaya membahas perdamaian di Timur Tengah.