Jumat, 3 Oktober 2025

WNI Disandera Abu Sayyaf

Ibunda Sembara Waswas Menanti Anaknya Tiba di Rumah

Meski anaknya tersebut sudah dipastikan selamat dan dalam perjalanan pulang ke Indonesia, Asminadar masih waswas sampai sang anak tiba di rumah

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
AP
Militan Abu Sayyaf di Pulau Jolo, selatan Filipina. 

ASMINADAR (58) duduk di kursi plastik di depan rumahnya, Jalan Lorong 100 nomor 83, Koja, Jakarta Utara.

Matanya menerawang memerhatikan pekerja bangunan di depannya. Bagian dapur rumah dua lantainya sedang direnovasi.

Perempuan tersebut merupakan ibu dari Sembara Oktafian (28), kru kapal tunda TB Henry yang diserang kelompok Abu Sayyaf di perairan perbatasan Filipina dan Malaysia, Jumat (15/4/2016) lalu.

Meski anaknya tersebut sudah dipastikan selamat dan dalam perjalanan pulang ke Indonesia, ibu tujuh anak tersebut masih waswas sampai sang anak tiba di rumah.

"Saya masih menunggunya pulang, belum ada kabar kapan dia pulang," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Jumat (22/4/2016).

Komunikasi terakhir dengan anaknya terjadi satu hari setelah penyerangan. Polisi Malaysia menelepon, memberi kabar Sembara Oktafian dalam kondisi sehat dan aman.

"Setelah menanyakan apakah saya adalah keluarga dari Bara, polisi Malaysia menanyakan apakah saya mau berbicara langsung dengan Bara atau tidak," katanya.

Polisi Malaysia pun akhirnya memberikan telepon kepada Bara. Lewat sambungan telepon, Bara memberitahukan kondisinya. Ia hanya menceritakan sepintas kejadian yang menimpanya.

"Mungkin takut saya panik atau khawatir. Jadi saat ditelepon, saya tanyakan apakah ada luka tembak, ia hanya bilang kondisinya sehat. Dia bilang, Ma doain Bara selamat. Sekarang ada di Malaysia sama polisi," katanya.

Asminadar mengatakan anaknya tidak ikut diculik kelompok Abu Sayyaf, karena saat peristiwa terjadi sedang berada di ruang mesin.

Bara yang baru bekerja di PT Global 14 bulan tersebut berprofesi sebagai juru mesin.

Saat itu Bara dan lima kru kapal lainnya tidak menyadari adanya pembajakan. Hanya terdengar keributan di atas kapal.

Bara dan kru lainnya baru menyadari adanya orang lain menaiki kapalnya setelah terdengar bunyi tembakan.

Belakangan diketahui yang menaiki kapalnya tersebut adalah kelompok Abu Sayyaf.

"Setelah terdengar bunyi tembakan sebanyak dua kali, anak saya kemudian mengunci pintu mesin," katanya.

Kurang lebih setengah jam setelah bunyi tembakan tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu mesin.

Setelah memberitahukan jika yang mengetuk adalah Polisi Malaysia, kru kapal kemudian membuka pintu dari besi tersebut.

Baru kemudian diketahui Lambas Simanungkalit, rekannya yang berprofesi sebagai oiler tertembak di bagian ketiak.

Ia juga baru baru mengetahui kapten kapal, Aryanto Misnan, dan tiga kru lainnya diculik kelompok separatis tersebut.

"Dari pengakuan Bara, baru diketahui adanya penculikan setelah polisi Malaysia datang," katanya.

Mulai Khawatir
Hajah Asminadar mengaku sempat panik begitu mendengar kabar anaknya berada di kapal yang diserang kelompok separatis Abu Sayyaf.

Ia menangis begitu kantor tempat Bara bekerja, PT Global, memberitahukan kejadian yang menimpa anaknya.

"Saya nangis saat Jumat malam, kantor Bara menelepon ke rumah. Apalagi saat itu informasi mengenai kondisi Bara belum jelas. Perusahaan bilang, anak ibu terkena musibah," paparnya.

Kepanikan mulai reda setelah perwakilan Kementerian Luar Negeri memberitahukan kondisi anaknya selamat dan sekarang berada di Malaysia.

"Sabtu pagi-pagi sekali Kementerian Luar Negeri menelepon dan memberitahukan anak saya selamat. Dapat kabar itu saya merasa lega, alhamdullilah," ujarnya.

Asminadar mengaku mulai khawatir setelah menonton berita di televisi akhir bulan lalu.

Dalam tayangan itu diberitakan ada kapal tunda berbendera Indonesia dibajak kelompok Abu Sayyaf. Saat itu langsung menelepon anaknya.

Belakangan diketahui kapal yang dibajak tersebut TB Brahma 12 dan tongkang Anand 12. Sebanyak 10 ABK-nya hingga kini masih ditawan.

"Setelah menonton televisi, saya menelepon Bara. Saya katakan jangan melaut di daerah itu (Malaysia-Filipina) karena ada kapal yang dibajak. Dia saat itu masih di Tarakan (Kaltim), belum melalut, dia bilang tidak melintasi perairan tersebut," katanya.

Bara yang merupakan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayara (STIP) angkatan 52. Setelah lulus ia langsung melamar di PT Global Maritim.

"Ia sudah pernah bilang ingin pindah tempat kerja, tapi katanya ngumpulin pengalaman dulu. Ia tetap akan bekerja di kapal sesuai ilmu yang dipelajarinya," paparnya.

Saat ini, menurut Asminadar, anaknya tersebut dalam perjalanan menuju Indonesia.

"Saya tahunya sekarang dalam perjalanan pulang. Kemungkinan ke Tarakan dulu. Dari Tarakan naik pesawat ke Jakarta. Semoga cepat pulang," katanya. (taufik ismail)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved