Alasan Kelompok Bersenjata Hanya Culik 4 dari 10 WNI di Kapal
Kelompok bersenjata hanya menculik empat dari 10 anak buah kapal (ABK) saat membajak kapal asal Indonesia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok bersenjata hanya menculik empat dari 10 anak buah kapal (ABK) saat membajak kapal asal Indonesia, di perairan perbatasan Malaysia-Filipina pada Jumat (15/4/2016).
Ada sejumlah dugaan, di antaranya karena kapasitas atau daya muat speedboat dari kelompok bersenjata.
Kelompok bersenjata langsung menggiring keempat WNI untuk pindah ke speedboat-nya setelah menginterogasi dan mengambil sejumlah barang para ABK.
"Sebenarnya awalnya target mereka lima orang. Tapi, karena satu orang (sandera) luka tembak, dia ditinggalkan," kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, saat dihubungi, Sabtu (16/4/2016).
"Ada beberapa alasan mereka hanya memilih lima orang untuk dibawa. Di antaranya karena para pelaku menggunakan speedboat sehingga kapasitas orang tidak banyak. Mereka menggunakan speedboat kemungkinan agar lebih cepat dan leluasa dalam pergerakan di perairan," jelasnya.
Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi dengan 10 ABK asal Indonesia dibajak oleh kelompok bersenjata di perairan perbatasan Malaysia-Filipina pada Jumat (15/4/2016) petang.
Empat dari 10 ABK diculik oleh kelompok tersebut.
Saat itu, kedua kapal tengah melakukan perjalanan kembali ke Tarakan, Kalimantan Utara, usai mengirim barang di Cebu, Filipina.
Sejauh ini, belum dapat dipastikan identitas pelaku pembajakan kapal dan penculikan terhadap keempat WNI tersebut kendati ada dugaan dilakukan oleh kelompok bersenjata asal Filipina, Abu Sayyaf.
Belum diketahui pula ke mana kelompok tersebut membawa keempat sanderanya itu.
Namun, Kementerian Luar Negeri RI melalui kantor Konsulat masih terus berkoordinasi dengan otoritas terkait di Malaysia dan Filipina untuk mengetahui keberadaan dan upaya penyelamatan keempat WNI tersebut.