Minggu, 5 Oktober 2025

Nama Presiden dan Wapres Dicatut

Didesak Mundur, Setnov: Jangan Sampai Kita Jadi Korban Adu Domba

Jangan sampai kita menjadi korban adu domba

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua DPR Setya Novanto berjalan meninggalkan ruang sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) usai mengikuti sidang kode etik di Kompleks Parlemen Jakarta, Senin (7/12/2015). Setya Novanto menjalani sidang MKD secara tertutup terkait pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden oleh dirinya. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto menanggapi derasnya desakan agar dirinya mundur dari jabatan pimpinan DPR.

Melalui Staf Khusus Ketua DPR RI, Nurul Arifin, Setya Novanto meminta semua pihak bersabar untuk mengikuti proses beserta keputusan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

"Dan kami berharap masyarakat tidak terprovokasi informasi yang menyesatkan," ujar Setya Novanto melalui Nurul Arifin kepada Tribun, Jumat (11/12/2015).

Hendaknya, kata Politikus Golkar itu, kita berpikir jernih dan mawas diri.

"Jangan sampai kita menjadi korban adu domba dari kepentingan-kepentingan yang lebih besar di balik masalah ini," pesannya.

"Kami menghormati MKD yang bertugas menjada marwah Parlemen. Semoga dapat mengambil keputusan yang bijak, tanpa intervensi dari pihak manapun," katanya.

Gelombang desakan mundur terus mengalir kepada Setya Novanto. Terbaru tokoh lintas agama melalui Wasekjen PBNU, Imam Pitudu.

Tokoh lintas agama mengatakan bahwa pihaknya mendukung untuk Ketua DPR, Setya Novanto untuk mundur dari jabatannya karena telah memalukan lembaga terhormat tersebut.

"Kami mendukung Setya Novanto. Mendukung untuk mundur sekarang juga. Daripada DPR harus menuai kebusukan dari seorang Novanto," ujarnya di Kantor PGI, Jakarta Pusat, Jumat (11/12/2015).

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved