Nama Presiden dan Wapres Dicatut
'Kalau Ketua DPR Sudah tidak Lagi Dipercaya Anggotanya, Segeralah Mundur'
Sejumlah anggota DPR menggagas gerakan mosi tidak percaya menyikapi skandal pencatutan nama presiden dan wakil presiden oleh Ketua DPR.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah anggota DPR menggagas gerakan mosi tidak percaya menyikapi skandal pencatutan nama presiden dan wakil presiden oleh Ketua DPR Setya Novanto.
Gerakan itu digalang oleh anggota DPR lintas fraksi, yang berasal dari Fraksi PDIP, NasDem, Hanura dan PKB.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi NasDem, Taufiqulhadi selaku salah satu penggagas menyebut gerakan itu adalah ekspresi ketidakpercayaaan anggota DPR terhadap pimpinannya.
Merujuk pengalaman negara-negara maju Asia, Taufiq menyebut bahwa para pemimpin di Korea dan Jepang, ketika terindikasi korupsi, terlibat skandal, atau tak mampu menangani persoalan, mereka akan mundur dengan sukarela.
Persoalannya, budaya malu yang diterapkan para pejabat di negara-negara lain itu belum menjadi tradisi di Indonesia.
"Mosi tidak percaya ini adalah dorongan moral dari anggota dewan kepada pimpinannya, bahwa ia sudah tidak dipercaya lagi," ungkap Taufiq dalam rilis yang disampaikan kepada redaksi Tribunnews, Rabu (25/11/2015).
Sebenarnya, Taufiq juga tak yakin Setya Novanto akan mengenakan kacamata moralnya untuk mengevaluasi kasus yang dia hadapi, lalu menyikapinya secara bijak.
Jika menilik berbagai kasus yang pernah dilakoni terdahulu, Setya Novanto tak pernah surut melakukan berbagai pelanggaran etik selaku anggota dewan.
Meski pun begitu, Taufiq melihat mosi tidak percaya ini masih relevan dijalankan, sebagai bagian dari sebuah proses politik.
Selain itu, gerakan ini juga menjadi model pendidikan politik yang sehat bagi masyarakat.
Dia berharap, suatu saat para pejabat di negeri ini akan memiliki kacamata moral yang tebal, serta tradisi malu yang tinggi seperti dikenakan para pejabat di Jepang dan Korea.
"Kami mengingingkan, kalau ketua DPR sudah tidak lagi dipercaya anggotanya, maka segeralah mundur," tegas anggota dewan dari Dapil Jawa Timur IV ini.
Guna memperkuat tekanan moralnya, sampai saat ini dokumen mosi terus disebar kepada jajaran fraksi di DPR. Semakin banyak keterlibatan anggota dewan mendukung mosi itu, tekanan moral kepada Setya Novanto selaku ketua DPR akan semakin kuat.
Ketika mosi tidak percaya mendapat dukungan masif anggota dewan, hanya ada dua pilihan bagi Setya.
Pertama, dia berpihak pada pilihan moral, dan menanggalkan jabatannya secara suka rela. Kedua, dia tetap bersikukuh mempertahankan jabatan, dan tetap mengabaikan pilihan moral dan rasa malunya.
"Sekarang (mosi tidak percaya) masih diedarkan ke fraksi-fraksi. Kita mau membersihkan citra DPR di masyarakat, karena saat ini DPR selalu salah di mata masyarakat," kata Taufiq.