Saran Untuk Presiden Jokowi Agar Perlambatan Ekonomi Tidak Berujung PHK Karyawan
Perlambatan ekonomi sudah pada taraf yang mencemaskan. Berbagai kalangan memberi saran agar ini tidak berujung ke PHK karyawan.
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi pelambatan ekonomi diapresiasi sejumlah pihak.
Namun, pemerintah diminta tidak hanya memberikan kemudahan kepada dunia usaha, tetapi juga perlu memperkuat daya beli masyarakat. Ini karena tanpa kenaikan konsumsi masyarakat, dunia usaha tetap akan susah berkembang.
Hal itu mengemuka dalam dialog Teras Kita yang digelar harian Kompas, Radio Sonora FM, dan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) di Kampus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta, Sabtu (10/10).
Diskusi bulanan tersebut bertema ”Memberdayakan Indonesia di Tengah Kekacauan Ekonomi Dunia”. Wartawan Kompas, Banu Astono, bertindak sebagai moderator.
Pembicara dalam acara itu adalah Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro, Chief Executive Officer Astra Credit Companies Jodjana Jody, serta Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia Thomas Dharmawan.
Menurut Jody, di tengah pelambatan ekonomi yang juga menimpa Indonesia, pemerintah telah memberikan banyak kemudahan kepada dunia usaha.
Sejumlah paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan, terutama paket kebijakan ekonomi III yang bersifat jangka pendek, sangat membantu sektor usaha.
Namun, Jody mengingatkan, penguatan daya beli masyarakat juga harus dilakukan karena ada kecenderungan penurunan konsumsi, terutama untuk barang bukan kebutuhan primer.
Ia mencontohkan, penjualan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. ”Tahun ini memang terasa berat sekali. Penjualan kendaraan roda dua dan roda empat turun sekitar 20 persen dibandingkan tahun lalu,” katanya.
Jody menambahkan, kapasitas produksi kendaraan roda dua di Indonesia 9,5 juta unit per tahun.
Tahun ini penjualannya diperkirakan hanya 6,5 juta unit. Adapun kapasitas produksi kendaraan roda empat 1,5 juta unit per tahun, tetapi penjualan tahun ini diprediksi 1,2 juta unit.
”Jadi, penjualannya stagnan sekali. Makanya, kemungkinan pemutusan hubungan kerja dan pengurangan shift kerja di sektor otomotif sangat besar,” ujarnya.
Menurut Jody, penurunan penjualan kendaraan itu terjadi karena daya beli masyarakat yang menurun, terutama karena warga kelas menengah cenderung menunda konsumsi. ”Kelas menengah kelihatan sekali menyetop konsumsi dulu,” lanjutnya.
Perkuat konsumsi
Penegasan senada disampaikan Thomas Dharmawan. Dikatakan, pemerintah harus mendorong konsumsi di berbagai sektor agar dunia usaha mampu berkembang sehingga tidak terjadi PHK yang bisa menyebabkan masalah sosial.