Ada Hantu Cowok di Rumah Dinas DPR
Eva Kusuma Sundari memiliki pengalaman unik selama tinggal di rumah dinas anggota DPR di Kalibata, Jakarta Selatan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari memiliki pengalaman unik selama tinggal di rumah dinas anggota DPR di Kalibata, Jakarta Selatan. Menurut Eva, ada mahluk astral di rumah yang ditempatinya sejak tahun 2010 tersebut.
Eva tak mengalami langsung pengalaman-pengalaman ganjil di rumah dinasnya. Eva tahu dari pengakuan sopir dan pengasuh anak yang bekerja padanya. "Pembantuku, pas momong anakku, diketawain. Suaranya cowok. Akhirnya pembantuku lari sambil bawa anakku ke pos pamdal (pengamanan dalam)," kata Eva dalam perbincangan di Jakarta, Senin (15/9).
Sedangkan sopir Eva mengaku pernah diganggu kuntilanak. Politisi PDIP itu juga mendapat cerita tentang petugas pamdal yang yang kesurupan makhluk halus serta kisah keangkeran kawasan rumah dinas anggota DPR di Kalibata.
Para tukang bangunan yang mengerjakan renovasi rumah dinas anggota DPR, tidak berani tidak terpisah kendati banyak rumah yang kosong dan bisa mereka pakai.
"Karena banyak rumah yang kosong, mereka akhirnya tidur di satu rumah karena banyak melihat sesuatu yang melayang-layang sambil ketawa. Di CCTV itu juga sering kelihatan," ungkapnya.
Eva pernah mendatangkan pemuka agama untuk mengusir mahluk-mahluk astral itu. Namun, jumlah mereka sangat banyak sehingga pengusiran tidak berhasil.
"Katanya, dulu tempat itu merupakan tempat pembuangan mayat. Teman anakku, anak semi-indigo, melihat banyak banget hantu," ujarnya.
Meski demikian, Eva mengaku tidak pernah mengalami kejadian-kejadian ganjil. Bisa jadi, karena terlalu sibuk, Eva tidak mempedulikan suara-suara aneh di rumahnya. "Mungkin mereka anggap aku teman," ujar Eva sambil tertawa.
Eva mengaku menempati rumah dinas anggota DPR karena kebutuhan. Ketika terpilih menjadi anggota DPR, ia harus tinggal di Jakarta. "Aku pendatang dari daerah pemilihan Jawa Timur, jadi butuh rumah," katanya.
Menurut Eva, pada tahun 2010, ketika ia hendak menempati rumah dinas anggota DPR, pihak Sekretariat DPR hanya menyerahkan kunci rumah. "DPR hanya memberikan kunci rumah dan fasilitas pamdal (pengamanan dalam). Selebihnya bayar sendiri," katanya.
Setiap bulan, Eva mengeluarkan dana sekitar Rp 2 juta untuk membayar tagihan listrik dan air bersih.Setelah beberapa waktu menjadi anggota DPR, Eva mampu membeli rumah di Jakarta. Namun, Eva tetap tinggal di kompleks DPR Kalibata.
Pertimbangannya, sistem keamanan di kompleks DPR lebih bagus. Eva mengaku, ia memiliki anak yang masih kecil sehingga perlu lingkungan perumahan yang aman.
Menurut Eva, para anggota DPR yang berasal dari Jakarta juga mendapat jatah rumah dinas anggota DPR. Namun, sebagian besar tidak tinggal di rumah dinas tersebut. Ada yang dibiarkan kosong, ada yang untuk rapat dan terima tamu ataupun konstituen, ada yang hanya untuk acara-acara tertentu, dan ada juga yang untuk sopir pribadi.
Eva menempati rumah dinas di Blok E2 Nomor 378. Rumah dua lantai tersebut memiliki lima kamar tidur, termasuk satu kamar tidur pembantu. Evan merombak teras belakang rumah tersebut menjadi ruang makan.
Menurut Eva, rumah tersebut tidak memberikan ruang privasi yang luas. Namun, Eva merasa nyaman karena rumah dinasnya itu terletak di lokasi yang strategis. (ferdinand waskita/abraham utama)