Konvensi Demokrat
Peserta Konvensi Demokrat Terkungkung Etika Politik
Konvensi Partai Demokrat dinilai kurang menarik simpati masyarakat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konvensi Partai Demokrat dinilai kurang menarik simpati masyarakat.
"Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga seolah-olah landai dinamika konvensi setelah ingar-bingar dua bulan sebelumnya. Itu karena setelah deklarasi, panggung tak lagi diisi komite," kata Juru Bicara Komite Konvensi Demokrat Rully Charis ketika dihubungi, Rabu (30/10/2013).
Rully mengatakan, panggung itu kini diisi peserta konvensi yang berjumlah 11 tokoh. Dalam perjalanan konvensi, Rully melihat peserta konvensi terlalu menjunjung tinggi norma dan etika politik, sehingga membatasi ruang gerak mereka sendiri.
"Jika kita ingat, belum apa-apa, media sudah meributkan persoalan waktu yang dihabiskan untuk kampanye, asal dana, wajib mundur atau tidak," ujarnya.
Hal itu, kata Rully, menimbulkan beban psikologis bagi peserta konvensi, terutama yang menduduki jabatan publik saat ini, disadari atau tidak disadari.
Namun, komite tetap melihat dari kacamata positif, bahwa dari situasi ini akan lahir solusi yang lebih baik, tanpa mencederai harapan publik terhadap capres yang bersih dan amanah.
"Satu contoh, saya dengar tim sukses Pak Dino dan Pak Gita berniat berkonsultasi dengan KPK, agar pengawasan rekening khusus capres dapat benar perlakuaannya, dan tidak melanggar hukum," ungkapnya.
Rully mengaku optimistis, seiring berjalannya waktu, konvensi akan menggeliat karena permasalahan tersebut sudah terdapat solusinya.
"Ini juga menjadi perhatian khusus Majelis Tinggi, yang telah memberikan beberapa masukan kepada semua peserta dalam pertemuan khusus tertutup pekan lalu. Kita tunggu saja," papar Rully. (*)