Konvensi Demokrat
Pengamat: Dari Mana Dana Iklan Gita Wirjawan?
Jelang pelaksanaan tahapan lanjutan Konvensi Partai Demokrat, ada pemandangan yang menarik diberbagai fasiltas umum
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Jelang pelaksanaan tahapan lanjutan Konvensi Partai Demokrat, ada pemandangan yang menarik diberbagai fasiltas umum. Yang paling menyolok adalah makin tersebarnya aneka baliho, poster, iklan di media massa nasional bahkan hingga pembungkus sarung jok kursi penumpang kereta api.
Adalah Menteri Perdagangan Gitta Wirjawan yang terlihat paling agresif menjajakn dirinya di berbagai kesempatan.
Pengajar komunikasi politik di Program Sarjana dan Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menilai dari pola pemasangan berbagai iklan beberapa kandidat Capres Partai Demokrat, hanya Gitta Wirjawan yang terlihat "massif". Ari kemudian menyindir iklan Gita Wirjawan lebay.
"Hampir semua iklan Gitta dikemas dengan posisinya sebagai menteri perdagangan sehingga jika masyarakat cerdas akan mengkritisinya sebagai upaya pendomplengan jabatan dengan kepentingan pribadi. Apakah bisa dijamin dana yang digunakan Gitta murni dari anggaran Kementerian Perdagangan ataukah dari pihak ketiga ?" Ari mempertanyakan, Senin (23/9/2013).
Oleh karena itu, sambung Ari, ada benarnya juga banyak kalangan berharap Gitta lebih baik konsentrasi ke bidang tugasnya seperti mengatasi tata niaga kedelai ketimbang sibuk berkampanye ke sana kemari.
"Harga tempe dan tahu masih amburadul tetapi kok tega-teganya menterinya mengklaim dirinya sukses, " sindir Ari Junaedi.
Menurut Pengajar Program Pascasarjana di Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Dr Soetomo Surabaya serta Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta ini, ada kesalahan mendasar yang dilakukan para tim sukses kandidat Capres Konvensi Demokrat yakni mengekspos habis-habisan sang calon melalui iklan tapi melupakan kampanye yang paling substansial yakni unjuk kerja.
"Kalau para calon berhasil dalam bidang tugasnya masing-masing saya yakin masyarakat akan memberikan apresiasi yang positif. Sebaliknya, iklan hanyalah obat instan pendongkrak popularitas sang calon tapi hanya berlangsung sesaat," Ari Junaedi menegaskan.