Jumat, 3 Oktober 2025

Pendidikan Mahal

Ajaran Baru Masih Juni, Calon Murid Baru Sudah Penuh

orangtua siswa pun berlomba mendaftarkan anaknya ke sekolah yang menurut mereka berkualitas

Editor: Gusti Sawabi

Tribunnews.com - Tahun ajaran baru masih akan berlangsung beberapa bulan mendatang yaitu Juni 2013, namun, orangtua siswa pun berlomba mendaftarkan anaknya ke sekolah yang menurut mereka berkualitas. Bahkan mahalnya biaya untuk mendapatkan sekolah yang dianggapnya berkualitas itu tidak melihat lagi mahalnya biaya sekolah.

Salah satu sekolah di Jakarta Utara, Santo Yakobus, Pengangsaandua, Kelapagading, Jakarta Utara, sebenarnya sudah menutup pendaftaran untuk tingkat SD ajaran baru 2013/2014. Namun, karena ada beberapa siswa yang mengundurkan diri akhirnya pendftaran dibuka kembali.

Pendaftaran dibuka sejak Oktober 2012 dan ditutup Desember 2012 lalu. Terdapat empat kelas untuk penerimaan siswa baru, dengan kapasitas per kelasnya 32 anak, namun karena ada beberapa siswa yang mengundurkan diri, maka pihak sekolah kembali membuka pendaftaran tersebut.

"Pendaftaran bisa dilakukan sebelum hari Jumat (15/2/2013), karena pada hari tersebut kami akan melakukan psikotest calon siswa, jadi kalau mau mendaftar, bisa dilakukan secepatnya, sebelum hari Jumat itu," kata Aris, petugas Tata Usaha di sekolah tersebut, Senin (11/2/2013).

Menurut Aris, untuk masuk ke tingkat SD di sekolah tersebut, dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 175.000, uang pangkal sebesar Rp 12 juta. Sedangkan untuk iuran bulanannya sebesar Rp 950.000. Untuk uang kegiatan, uang seragam, dan buku, masing-masing dikenakan Rp 500.000.

"Fasilitas di sekolah ini bermacam-macam, ruangan kelasnya ber-AC, ruang komputer, ruang multimedia, ada kolam renang, ada balai kesehatan, ada asuransi kecelakaan selama siswa belajar di sekolah, dan lainnya," kata Aris.

Untuk mendaftar di sekolah itu sendiri, lanjut Aris, setiap siswa wajib menyertakan formulir pendaftaran yang sudah dilengkapi dengan fotocopy Kartu Keluarga, KTP orangtua, Akte Lahir, dan foto 3x4.

Sementara itu, Sri, salah satu orangtua siswa yang menyekolahkan di sekolah tersebut, mengatakan tidak melihat biaya yang dikeluarkan untuk sekolah itu. Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk sekolah itu cukup tinggi, yang terpenting adalah anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

"Memang biayanya cukup tinggi ya, tapi selama bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang bagus nggak masalah, karena ini masalah pendidikan yang akan membentuk pribadi anak," kata Sri.

Lebih lanjut, Sri mengatakan, di sekolah tersebut ruang kelas lebih nyaman dan lingkungannya lebih bersih, Seperti halnya untuk kantin, tempatnya bersih dan makanannya yang disajikan tidak seperti makanan di pinggir jalan sekolah lain.

"Kalau mau masuk ke dalam sekolah saja, harus pakai ID dan ninggalin identitas, siswa juga nggak boleh pulang sebelum dijemput orangtua atau suruhan orangtuanya, jadi keamanannya lebih terjamin, karena kan cukup menakutkan jaman sekarang banyak penculikan," katanya.

Sri pun kembali mengatakan, memang untuk pendidikan, tidak bisa dinomor duakan, meskipun biaya yang mahal harus rela dikeluarkan. Maka orangtua memang harus rela mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk pendidikan anak.

"Sekarang gini aja deh, kita kalau markir mobil di daerah Menteng aja, untuk per jamnya, Rp 3.000. Nah kalau sehari bisa sampai 5 jam, berarti yang dikeluarkan Rp 15.000. Coba dikalikan selama 25 hari aja udah berapa, masa buat ngeluarin uang pendidikan anak harus dibawah tarif parkir, apalagi pendidikan anak kan untuk kepentingan masa depan dan pembentukan kepribadian anak. Ya istilahnya ada harga ada rupa lah," ujarnya.

Hal senada dikatakan oleh Martin, yang anaknya duduk di bangku SD sekolah tersebut. Biaya yang dikeluarkannya tidak lagi dipikirkan karena hal tersebut menyangkut kualitas diri anaknya. Apalagi, sekolah-sekolah yang bagus juga semakin bersaing kualitas. Maka ia tidak mau anaknya mendapatkan pendidikan yang tidak menjamin mutu pendidikannya.

"Di sini, beberapa kali setiap minggu, pihak guru memberikan laporan tentang kondisi belajar si siswa di dalam kelas. Jadi guru memantau perkembangan setiap siswa yang belajar di sini. Nanti setelah diterima oleh orantua siswa, laporan tersebut bisa ditanggapi oleh orangtua siswa dengan memberi masukan atau tanggapan, jadi ada peran orangtua dan guru dalam mendidik anak," katanya.

Menurut Martin pun, yang terpenting selama sekolah, anaknya bisa merasakan kenyamanan di sekolah dan pendidikan berkualitas. Artinya, biaya besar yang dikeluarkan pun menjadi setimpal dengan apa yang didapat oleh siswanya. Pantauan Warta Kota, sekolah tersebut memiliki sekolah untuk tingkat TK, SD, SMP, dan SMA.

Sekolah tersebut memiliki gedung berlantai 8 yang cukup megah. Lingkungan sekolahnya cukup bersih dan nyaman. Untuk masuk ke dalam sekolah sendiri cukup ketat, tamu harus masuk ke ruang informasi dan mengisi buku tamu dan menuliskan keperluannya, lalu menyerahkan kartu identitas diri, KTP atau SIM yang kemudian ditukarkan dengan kartu ID tamu sekolah.

Satpam yang menjaga sekolah itu pun, tidak bisa sembarangan mengizinkan tamu masuk tanpa ID tamu. Saat jam pulang sekolah, tampak dua satpam yang menjaga di pintu masuk sekolah. Siswa tidak diperkenankan untuk ke luar pintu sekolah, selama belum ada yang menjemput dari pihak keluarga. Sedangkan, untuk penjemput siswa terdapat ruang tunggu selebar kurang lebih 3x8 meter lengkap dengan tempat duduk dan kanopi yang melindungi dari panas dan hujan.

Siang itu tampak yang menunggu didominasi dengan perempuan. Mereka ada yang orangtuanya langsung, nenek, sampai pembantu atau sopir yang ingin menjemput siswa. Sedangkan, di parkiran, tampak berjajar puluhan mobil mewah. Mobil-mobil itu yang digunakan orangtua siswa untuk menjemput anaknya. (suf)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved