Ledakan di Depok
Malam Mingguan Buyar saat Bom Meledak di Depok
Ketika penggeledahan berlangsung di rumah Muhammad Thoriq di Jalan Terate 7, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Jumat (14/9/2012)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketika penggeledahan berlangsung di rumah Muhammad Thoriq di Jalan Terate 7, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Jumat (14/9/2012), seorang anggota Gegana sempat berbicang dengan wartawan yang mencoba melihat aktivitas tim Gegana dan Densus 88 AntiTeror Polri di rumah Thoriq.
Tanpa mau menyebutkan namanya, anggota Gegana berpangkat bripda yang masih bujang itu berdiri di depan pintu rumah Thoriq dengan mengenakan seragam Gegana yang dilengkapi rompi anti peluru dan helm.
Dengan senjata laras panjang yang dipegangnya, ia tampak sigap mengamankan lokasi. Matanya tetap memantau semua pergerakan yang terjadi di sekitar rumah Thoriq.
Meskipun wartawan mengajaknya ngobrol, ia tetap sigap bila sebuah pergerakan terjadi di dalam rumah Thoriq, ia bergerak cepat mengamankan dan kembali ke posisinya semula.
Sang anggota Gegana tersebut bercerita tentang sekelumit pengalaman hidupnya menjadi anggota Gegana. Dalam benaknya, ia tidak pernah menyangka akan masuk dalam tim Gegana Korps Brimob Kelapa Dua, Depok.
Sebelum menjadi polisi, ia bercerita bahwa dirinya sempat mengikuti tes menjadi anggota TNI AL.
"Baru juga tes, saya kabur begitu saja, kemudian saya ikut tes di kepolisian," kata sang bripda.
Kemudian ia pun bergabung dengan Korps Polri pada 2009 dan menjadi anggota Brimob Kelapa Dua, Depok. Sebelum menjadi anggota Gegana, ia harus ikut kembali serangkaian tes.
Entah apa yang menjadi pertimbangan Polri yang mempercayai dirinya masuk dalam tim elite Brimob Polri "Gegana" yang memang butuh kemampuan dan keahlian khusus karena berhubungan dengan bahan peledak, dan penanggulangan tindak kejahatan yang berkaitan dengan aksi teror.
"Untuk menjadi anggota Gegana memang ada tesnya lagi, tidak hanya kita ingin saja," ujarnya.
Ia pun memang sudah tahu risiko menjadi anggota Gegana, salah-salah sedikit mengotak-atik bahan peledak, nyawa taruhannya.
Maka setiap bulan dirinya senantiasa diberikan pelatihan bagaimana menjinakan bom. Bahkan setiap bulannya ada tes psikologi untuk menentukan tingkat kestabilan emosi. "Setiap enam bulan sekali saya harus ikut tes psikologi," ujarnya.
Selama tiga tahun bergabung dengan Gegana, ia beberapa kali harus mengamankan bahan peledak. Seperti saat kasus bom buku 2011 silam dan bom Beji, Depok yang meledak pada 8 September 2012.
Selama berurusan dengan bahan peledak, ia tidak pernah takut, ia senantiasa percaya diri dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. "Biasa saja (kalau mengangkat bom)," ujarnya.