Kisah Inspiratif
Imam Al Hikmah New York: Islam Tidak Mengajarkan Teror
IMAM Besar Masjid Al Hikmah, New York, adalah lelaki Bugis dari Kajang, Bulukumba. Shamsi Ali lahir di desa terpencil di Kajang
Tetangga yang sangat diakrapinya datang ke rumah Shamsi dan menangis dan mengatakan ia tidak percaya bahwa Islam seperti yang dikatakan oleh banyak orang. Hal itu karena ia menemui hal yang kontras dengan perilaku orang Islam sesungguhnya.
Menurutnya, setelah penyerangan 11 September itu, suasana AS selama 1 sampai 2 pekan sangat mencekam. Bahkan beberapa pengurus Masjid Al Hikmah New York berencana menutup masjid.
"Tapi saya katakan No Way. Kenapa harus ditutup?," katanya. Kalau ditutup itu sama saja membenarkan anggapan orang, dan masjid tersebut tidak jadi ditutup.
Beberapa saat setelah peristiwa itu ia ditelepon untuk menghadiri Interfaith. Interfaith tidak lain adalah upaya membangun komunikasi untuk saling memahami sehingga terjadi kerja sama (partnership) dalam kepentingan yang disepakati dan saling menghormati dalam hal-hal yang tidak disepakati.
"Saya datang dengan biasa saja. Empat tahun di Amerika, bahasa Inggris saya masih belepotan. Saya serahkan semuanya kepada Allah," ujarnya.
Shamsi menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengakui persaudaraan umat manusia. Islam tak membenci umat lain. Justru Islam datang untuk mengangkat derajat semua manusia.
Dia juga mengingatkan semua yang hadir agar hendaknya kebencian kita terhadap suatu kaum tidak menjadikan kita tidak adil.
Tak lama setelah kejadian itu, Shamsi diundang menghadiri A Prayer for America. Sebuah kehormatan besar bagi Shamsi Ali dan bagi umat Islam di seluruh dunia ketika Shamsi Ali diundang mewakili Islam Amerika dalam acara Doa untuk Amerika.
Sebuah acara doa dan perenungan AS atas Tragedi Bom WTC dan Pentagon 11 September 2004 yang diikuti pemuka Protestan, Katolik, Sikh, Hindu, dan Islam lainnya di stadion terkenal olah raga baseball Yankee Stadium, The Bronx, New York, 23 September 2004.
Ia satu panggung dengan mantan Presiden Amerika Serikat, senator Hillary Clinton, Wali Kota New York Rudolph Giuliani, Gubernur New York Robert Pataki, Oprah Winfrey, sejumlah selibritis dunia pada acara yang dihadiri sekitar 50.000 orang di stadion yang lokasinya dekat reruntuhan gedung kembar 110 tingkat World Trade Center (WTC).
Ketika itu, Shamsi Ali muncul di mimbar A Prayer for America di Stadion Yankee, New York City. Ia mengenakan pakaian sederhana tanpa sorban putih atau jenggot panjang.
Ia hanya mengenakan kemeja dan juga peci. Dia menyebut Bismillahirahmanirrahim dari bibirnya. Lalu, puluhan ribu publik AS mendengar syahdunya kalimat-kalimat Allah dibacakan Shamsi di luar kepala.
Tidak ada suara, kecuali alunan merdu suara Syamsi. Dia juga mengingatkan semua yang hadir agar hendaknya kebencian kita terhadap suatu kaum tidak menjadikan kita tidak adil.
Pada kesempatan itu, Shamsi Ali sempat berjabat tangan dan berpesan kepada pemerintah George Walker Bush. Pertama ia ucapkan belasungkawa kepada Bush dan orang Amerika dan mengutuk apapun bentuknya peristiwa itu.
Shamsi berpesan kepada pemerintah George Walker Bush dan pengambil keputusan AS agar janganlah kiranya karena kebencian yang tertanam, bukan keadilan yang dijunjung, melainkan pembalasan dendam semata.