Penembakan Solo
Slamet Masih Miris Ingat Kejadian Baku Tembak
Sehari setelah kejadian baku tembak di Jalan Veteran, Slamet sempat menghilang dan tidak diketahui keberadaannya.
*Warung Slamet Tutup Lima Hari
TRIBUNNEWS.COM - SUASANA kampung Tipes RT 01 RW 03, Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan Solo, Minggu (02/09/2012) siang itu sepi. Sebagian warga kampung yang berada tidak jauh dari lokasi penggrebekan tersangkat teroris oleh Densus 88 Jumat malam lalu itu nampaknya memilih menghabiskan waktu liburnya untuk beristirahat di dalam rumah. Terlebih cuaca Kota Solo siang itu cukup panas.
Tak terkecuali, Slamet, saksi yang berada paling dekat di lokasi kejadian saat baku tembak berlangsung. Saat Tribun Jogja mendatangi rumahnya, Slamet nampak tertidur pulas di kursi panjang di teras rumahnya. Isterinya, Anik Nuryati, kemudian membangunkan Slamet saat mengetahui kedatangan wartawan.
Sehari setelah kejadian baku tembak di Jalan Veteran, Slamet sempat menghilang dan tidak diketahui keberadaannya. Pada hari Sabtu (01/09/2012) Tribun Jogja sempat menyambangi rumahnya dan tertutup rapat. Tetangga sebelah rumah Slamet pun mengaku tidak mengetahui keberadaannya.
"Kemarin saya menenangkan diri dulu di rumah adik saya di daerah Cemani. Terus terang, saya kan orang awam jadi shock mengalami kejadian seperti kemarin itu," aku Slamet.
Pria berambut keriting itu mengaku terkadang masih terbayang-bayang kejadian yang dialaminya kala itu. "Kadang masih miris saja kalau inget kejadiannya. Soalnya saya belum pernah mengalami yang seperti itu sebelumnya. Baru pertama kali mendengar suara tembakan, jadi ya agak kaget," tuturnya. Dirinya mengaku membutuhkan waktu seharian untuk menenangkan diri sebelum akhirnya kembali beraktifitas.
Slamet memutuskan untuk tidak membuka lapak jualannya hingga Rabu mendatang. "Jualannya libur dulu, kebetulan Senin besok ada pesanan catering, jadi ya sekalian saja libur," sambungnya. Minggu pagi, dirinya sudah merasa lebih tenang dan mulai beraktifitas dengan berbelanja kebutuhan ke pasar terdekat.
Saat kejadian, pria bertubuh kurus itu mengaku tidak melihat kejadian penembakan secara detail karena dirinya merasa takut. "Saya ini atine cilik, jadi nggak berani melihat. Begitu dengan suara rentetan tembakan saya langsung tiarap dan nggak berani bergerak," akunya. Awalnya ia mengira kejadian tersebut hanya kecelakaan lalu lintas biasa.
Beberapa saat setelah suara rentetan tembakan berhenti, Slamet baru memberanikan diri melongok ke luar warugnya. "Saat itu semuanya sudah bersih. Saya tidak melihat ada jenazah. Saya cuma melihat ada beberapa anggota polisi saja," ujarnya. Tanpa pikir panjang, dirinya kemudian langsung berinisiatif menutup tempat jualannya dan memberesi barang-barang milinya.
Saat kejadian berlangsung, suasana warungnya memang sedang ramai. Setidaknya ada sekitar 20 pembeli yang makan di warungnya. Namun hampir semua pembeli juga tidak berani melongok ke luar warung. Para pembeli lebih memilih untuk merunduk atau tiarap. "Wah nggak ada yang berani lihat ke luar. Dengar suaranya saja sudah miris," katanya. (ade)
BACA JUGA: