Jangan Takut Bu Saya Polisi Bukan Teroris

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah sejak seminggu terakhir tiga orang laki-laki berperawakan tegap kerap kongkow di warung milik Umi (56), di RT 08 RW 08 Pondok Cipta, Bintara, Jakarta Timur.

Kepada Tribun Umi mengatakan bahwa ketiga laki-laki yang berpenampilan "selengean," itu kerap datang sekitar pukul 11.00 wib, dan pulang pada sore hari. Bahkan suatu hari mereka singgah di warung Umi hingga dini hari.

Setelah beberapa hari, Umi pun sempat curiga, dan menanyakan maksud tujuan ketiganya.

"Saya tanya, bapak-bapak ini tujuannya mau kemana, saya takutnya bapak-bapak ini teroris," katanya.

Namun hal itu dibalas dengan senyuman dari ketiganya. Salah satu laki-laki itu pun menjawab bahwa mererka hendak menjemput salah seorang teman, dan menanyakan rumah ketua RT.

"Setelah ditunjukkan rumah ketua RT, mereka juga tidak mendatangi rumah pak RT," tambahnya.

Setelah itu, salah seorang laki-laki itu mengaku bahwa mereka merupakan makelar tanah, yang akan dipergunakan sebagai lahan untuk mendirikan menara BTS.

Alhasil ketiganya pun dipertemukan dengan Halimah, yang memang memiliki lahan luas di kawasan tersebut. Namun kembali ketiganya mengurungkan niat.

"Saya jadi bingung maunya apa, pernah mereka tanya rumah kontrakan, tapi setelah dibantu cari mereka tiba membatalkan," tutur perempuan asal Kuningan, Jawa Barat itu.

Selama berjam-jam kongkow di warung tersebut, ketiganya hanya bercanda sembari menikmati kopi panas. Tidak sekalipun mereka menyinggung masalah pekerjaan.

Umi baru mengetahui bahwa ketiganya adalah Polisi ketika pagi ini, sekitar pukul 06.00 wib salah seorang laki-laki datang ke warung tersebut usai penangkapan Yahya, istrinya Tia dan adik Yahya berinisial "B" pagi ini.

Laki-laki tersebut datang untuk membeli sebungkus rokok, dan mengungkap identitasnya sebagai anggota Polri.

"Jangan takut bu saya Polisi bukan teroris, ibu kok tidak bilang ada teroris di sini, saya kan sudah seminggu nongkrong di sini," kata Umi mengulangi pernyataan sang laki-laki.