Krisis Libya
SBY: Aksi Kekerasan di Libya Tak Boleh Dibiarkan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengadakan konferensi pers khusus berkaitan dengan perkembangan situasi di Afrika Utara dan Timur Tengah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengadakan konferensi pers khusus berkaitan dengan perkembangan situasi di Afrika Utara dan Timur Tengah, khususnya situasi di Libya.
Konferensi pers tanpa tanya jawab dengan wartawan itu dilakukan di kantor Presiden Jakarta, Selasa (29/3/2011).
Presiden mengatakan perkembangan situasi di Libya khususnya dan di Timur Tengah serta Afrika Utara pada umumnya masih sangat memperihatinkan atau belum menggembirakan.
"Aksi-aksi kekerasan masih terus terjadi. Korban masih terus berjatuhan. Terlebih korban pada penduduk sipil," kata SBY yang didampingi Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Indonesia, menurut Presiden, berpendapat keadaan seperti ini tidak boleh dibiarkan dan harus ada langkah-langkah baru yang secara nyata dilakukan oleh masyarakat dunia, termasuk bangsa-bangsa atau negara-negara yang di dalam negerinya terjadi konflik sekarang ini.
Dikatakan selaku Presiden RI, SBY telah menulis surat kepada Sekjen PBB pada 24 Februari 2011 lalu. "Inti dari surat saya itu karena waktu itu
kekerasan dari kedua pihak yang bertikai di Libya makin menjadi-jadi," kata Presiden.
Demikian pula korban makin berjatuhan dan Presiden mengusulkan dan menyerukan kepada PBB dan dan masyarakat internasional untuk segera
mengambil langkah-langkah mengakhiri kekerasan itu dan menjaga
keselamatan warga sipil.