Teror Bom Buku
Teror Bom Buku Hanya Pengalihan Isu Info Wikileaks
Teror bom buku tak hanya mencerminkan ketidakberdayaan intelijen negara, tetapi juga membuktikan ketidakmampuan Presiden Susilo Bambang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teror bom buku tak hanya mencerminkan ketidakberdayaan intelijen negara, tetapi juga membuktikan ketidakmampuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintahannya mengendalikan dan menjaga ketertiban umum.
Kalau Polri gagal mengungkap pelakunya, publik akan percaya bahwa tangan-tangan kotor pemerintah berada di balik teror bom buku itu.
Disadari atau tidak, target pengiriman tiga bom buku tiga hari lalu itu juga akan memperuncing disharmoni kehidupan umat beragama, khususnya sesama umat Islam.
"Saya melihat ada tangan-tangan kotor yang mulai berupaya mengeskalasi sekaligus mempertegas dikotomi Islam konservatif versus Islam liberal di Indonesia," ujar anggota Komisi III DPR Fraksi Golkar, Bambang Soesatyo saat ditemui di gedung DPR, Jakarta, Kamis (17/3/2011).
Menurut Bambang, dirinya tidak percaya pada asumsi bahwa pelaku teror bom buku adalah kelompok-kelompok yang menentang Islam liberal.
Keyakinan ini, lanjut Bambang, mengacu pada dua indikator. Pertama, umat beragama kita sudah sangat terbuka, baik dalam bersikap maupun menyatakan pendapatnya. Keterbukaan itu bisa dilihat dalam polemik seputar eksistensi Ahmadiyah di Indonesia.
"Kalau pun ada sekelompok umat yang bersikap ekstra keras, mereka mengaktualisasikan kemarahan mereka secara terbuka, tidak sembunyi-sembunyi ala pelaku pengirim bom buku. Kalau pun terjadi kekerasan berdarah seperti di Cikeusik, toh aksi kekerasan Cikeusik ternyata direkayasa," jelasnya.
Kedua, target tiga bom buku itu tidak mematikan. Bomnya dirakit oleh mereka yang ahli dan direkayasa agar bisa meminimalkan korban. Kalau pelakunya benar-benar penentang Islam liberal, Bambang yakin teror itu pasti mematikan.
"Pelakunya hanya ingin mencari sensasi dan menciptakan kehebohan baru agar publik segera berpaling dari tsunami, Wikileaks yang sedang mengguncang jantung kekuasaan," ujar Bambang.
Lebih jauh, Wakil Bendahara Umum Golkar ini melanjutkan, jika fungsi intelijen negara tidak segera direvitalisasi, kita semua harus siap mental karena model teror seperti penebaran bom buku akan terus berlanjut.
"Sebaliknya, stabilitas nasional akan terjaga jika pemerintah efektif menjalankan perannya sebagai penjaga ketertiban umum dan tidak ikut-ikutan memperkeruh suasana," tandasnya.