Sabtu, 4 Oktober 2025

Banjir di Jakarta

Evakuasi Dramatis Bayi di Tengah Banjir Cilandak Timur

Endah tak hanya membawa bayi itu dengan penuh kehati-hatian tetapi juga berusaha menyelamatkan perlengkapan bayi yang bisa dibawa

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews.com/Fersianus Waku
BANJIR CILANDAK TIMUR - Banjir masih menggenangi permukiman warga di RT 03 dan RT 09, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, hingga Selasa (4/3/2025). (Fersianus Waku) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Malam itu, langit seolah runtuh di atas Cilandak Timur. Hujan deras mengguyur tanpa henti, menggiring air bah yang perlahan merayap naik, menelan jalan-jalan dan rumah-rumah warga.

Dalam hitungan jam, genangan berubah menjadi banjir yang memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka.

Di tengah kepanikan yang melanda RT 03 dan RT 09, Endah Nurhastuti (43) bergegas mengambil tindakan. 

Matanya menangkap sosok mungil di rumah yang telah terendam air setinggi betis. 

Bayi berusia kurang dari dua bulan itu terlelap dalam tidur, tidak menyadari bahaya yang mengancam.

Tanpa ragu, Endah segera menggendong bayi itu, memeluknya erat di dadanya.

Baca juga: Banjir Melanda 7 Kecamatan di Kabupaten Bekasi, Ketinggian Air Mencapai 1,5 Meter

Ia harus melangkah hati-hati di antara arus air yang semakin deras, takut tergelincir atau kehilangan keseimbangan. 

"Saya juga jinjit kan bawa bayi," ujarnya, suaranya masih bergetar mengingat momen tersebut.

Ketika air semakin naik, Endah tak hanya membawa bayi itu dengan penuh kehati-hatian tetapi juga berusaha menyelamatkan perlengkapan bayi yang bisa dibawa.

Ia meraih beberapa popok dan pakaian bayi seadanya, memasukkannya ke dalam tas dengan gerakan cepat.

"Iya bawa Pampers, ini peralatan saya masukin, peralatan bayi. Yang penting bayinya dah," tuturnya dengan napas tersengal.

Di tengah kegelapan dan suara hujan yang semakin membahana, Endah berjalan menuju posko pengungsian.

Air telah mencapai pinggangnya, tetapi ia tak punya pilihan selain terus melangkah. Setiap detik terasa begitu panjang.

Namun, di tengah kepungan air dan ketegangan yang mencekam, sang bayi tetap tenang. Tak ada tangisan, tak ada rengekan.

Seolah bayi itu tahu, di pelukan Endah, ia aman. "Alhamdulillah enggak. Enggak rewel," kata Endah, suaranya lirih tapi penuh rasa syukur.

Hujan terus menghantam atap-atap rumah, sementara teriakan warga bergema di antara riuhnya arus banjir.

"Banjir! Banjir!" suara panik terdengar dari berbagai sudut.

Endah melihat beberapa warga lain sibuk menyelamatkan barang-barang mereka, ada yang mendorong motor, ada yang menggendong anak-anak kecil, ada pula yang hanya bisa pasrah melihat rumah mereka tenggelam.

Malam itu menjadi malam yang tak terlupakan bagi warga Cilandak Timur.

Baca juga: Banjir Terjang Cilandak, Warga Tahan Lapar, Sahur dan Buka Puasa Hanya Dengan Air Putih

Hingga pagi menjelang, banyak di antara mereka masih bertahan di posko pengungsian, menunggu air surut.

Namun bagi Endah, satu hal yang paling penting: bayi yang ia selamatkan kini aman, jauh dari ancaman banjir yang mengamuk.

Bencana datang tanpa aba-aba, tetapi di tengah kepanikan dan ketakutan, selalu ada tangan-tangan yang sigap menolong. Malam itu, Endah adalah salah satunya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved