5 Orang Anggota Kelompok Anarko Ditangkap Saat Lakukan Vandalisme, Semuanya Mahasiswa
Mereka yang ditangkap merupakan kelompok anarko dan terdiri dari mahasiswa aktif juga yang sudah tidak bekerja.
Editor:
Hendra Gunawan
Kelompok ini merencanakan aksi vandalisme secara massal pada pertengahan April nanti. Kelompok anarko disebut ingin membangkitkan keresahan masyarakat. Hingga masyarakat ikut berbuat onar dan akhirnya melakukan penjarahan.
"Dari hasil membuka handphone, mereka juga akan merencanakan aksi 18 April 2020 akan melakukan aksi vandalisme secara bersama-sama di beberapa kota besar di pulau besar yang tujuannya ada situasi keresahan dimanfaatkan mereka untuk mengajak masyarakat untuk melakukan keonaran dan ajakannya membakar, kemudian menjarah," ujar Irjen Nana.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengatakan, masyarakat tidak perlu resah dengan isu yang ditebar oleh kelompok Anarko, yang disebut-sebut akan melakukan vandalisme agar terjadi penjarahan besar besaran pada 18 April 2020.
"IPW berkeyakinan bahwa Polri bisa dan mampu menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat," kata Neta.
Apalagi, katanya, IPW melihat ada sesuatu yang sangat aneh saat kemunculan kelompok yang disebut-sebut sebagai Anarko Sindikalis itu.
"Tidak ada angin dan tidak ada hujan tiba-tiba muncul kelompok yang disebut-sebut sebagai Anarko. Mereka muncul dan menyebar vandalisme di mana-mana, yang seolah-olah memberitahukan bakal ada penjarahan besar-besaran pada tgl 18," katanya.
Uniknya, kata Neta, vandalisme tersebut sudah ada dummynya, sehingga tinggal disemprot dengan cat pilox ke berbagai tempat, terutama tembok. "Dari sini terlihat bahwa kelompok ini secara tiba-tiba muncul dan secara tiba-tiba pula seolah-olah terlihat terstruktur, sistematis, dan masif," katanya.
Dari pola gerakannya, IPW menilai kelompok Anarko ini seperti sedang bekerja untuk menyikapi isu-isu yang berkembang di masyarakat pascapemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB untuk menekan penyebaran virus Corona.
"Artinya, kelompok Anarko ini sepertinya sedang mengukur kegelisahan publik dan sekaligus hendak mengukur kadar anarkisme di masyarakat pascaPSBB," tambah Neta.
Sehingga bisa disimpulkan kerusuhan dan penjarahan yang disebut sebut dalam pamfletnya itu sendiri sebenarnya tidak ada dan tidak akan terjadi.
"Sebab situasi sosial ekonomi Indonesia hingga saat ini belum masuk pada situasi seperti Mei 1998 di mana kebutuhan pokok sangat sulit didapat dan di sisi lain ada 'perseteruan api dalam sekam' di antara elit politik maupun elit pemerintahan, yang kemudian situasinya meledak akibat aksi spontan masyarakat dan mahasiswa yang jengkel pada rezim Soeharto," paparnya.
Meski demikian, kata Neta, IPW memberi apresiasi pada jajaran kepolisian yang sudah melakukan deteksi dini untuk mengantisipasi gerakan kelompok Anarko ini.
Apa yang dilakukan jajaran kepolisian tersebut, menurutnya, adalah bagian utama dari fungsinya dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, yang resah menghadapi wabah corona.(Tribun Network/igm/wky/wly)