5 Orang Anggota Kelompok Anarko Ditangkap Saat Lakukan Vandalisme, Semuanya Mahasiswa
Mereka yang ditangkap merupakan kelompok anarko dan terdiri dari mahasiswa aktif juga yang sudah tidak bekerja.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi menangkap lima orang yang diduga melakukan aksi vandalisme di Tangerang Kota.
Mereka diperkirakan adalah anggota kelompok anarko.
Mereka yang ditangkap merupakan kelompok anarko dan terdiri dari mahasiswa aktif juga yang sudah tidak bekerja.
Diketahui kelompok anarko adalah mereka yang tidak percaya kepada struktur dan legitimasi negara.
Negara dianggap menindas kehidupan masyarakat. Hal yang biasa dilakukan kelompok ini adalah melakukan aksi vandalisme, provokatif dan konfrontasi.
Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Sugeng Hariyanto mengatakan lima pelaku yang ditangkap sudah berstatus tersangka. Pelaku masih dalam proses pemeriksaan lebih lanjut di Polrestro Tangerang.
Baca: Penanganan Corona, Jokowi Sebut per Hari Dapat Lakukan 10 Ribu Tes PCR
Baca: Naik Rp 1.000, Harga Emas Antam Menjadi Rp 952.000 per Gram pada Awal Pekan
Baca: Syarat Driver Ojol Boleh Bawa Penumpang selama PSBB, Bertentangan dengan Aturan Kemenkes?
"Mereka sudah tersangka dan sudah ditahan," ujar Sugeng, Minggu(12/4/2020).
Lebih lanjut, dia menambahkan, pihaknya masih akan melakukan pengembangan lebih lanjut terkait kasus tersebut.
Khususnya, apakah ada pelaku lain yang ikut melakukan aksi vandalisme bertuliskan 'Sudah Krisis Saatnya Membakar', 'Kill The Rich', 'Mau Mati Konyol atau Melawan Polisi' di Tangerang.
"Sementara masih dalam pengembangan," pungkasnya.
Kapolda Metro Irjen Nana Sudjana mengatakan kelompok anarko ini ingin membuat masyarakat resah dan mengajak keonaran.
"Mereka tidak puas dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dan berupaya untuk memanfaatkan situasi yang saat ini masyarakat sedang resah," ujar Kapolda Metro.
Tiga pelaku ditangkap aparat Reskrim Polres Tangerang Kota bersama anggota Ditreskrimum Polda Metro Jaya di sebuah kafe di wilayah Kota Tangerang pada Jumat (10/4). Kemudian dua orang lagi ditangkap di Bekasi dan Tigaraksa, Tangerang.
Dari tangan mereka, disita barang bukti berupa cat semprot, stensil untuk membuat coretan dinding, hingga handphone.
Selain di Jakarta, polisi mengidentifikasi keberadaan kelompok anarko ini di Bandung dan beberapa daerah lainnya.
Kelompok ini merencanakan aksi vandalisme secara massal pada pertengahan April nanti. Kelompok anarko disebut ingin membangkitkan keresahan masyarakat. Hingga masyarakat ikut berbuat onar dan akhirnya melakukan penjarahan.
"Dari hasil membuka handphone, mereka juga akan merencanakan aksi 18 April 2020 akan melakukan aksi vandalisme secara bersama-sama di beberapa kota besar di pulau besar yang tujuannya ada situasi keresahan dimanfaatkan mereka untuk mengajak masyarakat untuk melakukan keonaran dan ajakannya membakar, kemudian menjarah," ujar Irjen Nana.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengatakan, masyarakat tidak perlu resah dengan isu yang ditebar oleh kelompok Anarko, yang disebut-sebut akan melakukan vandalisme agar terjadi penjarahan besar besaran pada 18 April 2020.
"IPW berkeyakinan bahwa Polri bisa dan mampu menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat," kata Neta.
Apalagi, katanya, IPW melihat ada sesuatu yang sangat aneh saat kemunculan kelompok yang disebut-sebut sebagai Anarko Sindikalis itu.
"Tidak ada angin dan tidak ada hujan tiba-tiba muncul kelompok yang disebut-sebut sebagai Anarko. Mereka muncul dan menyebar vandalisme di mana-mana, yang seolah-olah memberitahukan bakal ada penjarahan besar-besaran pada tgl 18," katanya.
Uniknya, kata Neta, vandalisme tersebut sudah ada dummynya, sehingga tinggal disemprot dengan cat pilox ke berbagai tempat, terutama tembok. "Dari sini terlihat bahwa kelompok ini secara tiba-tiba muncul dan secara tiba-tiba pula seolah-olah terlihat terstruktur, sistematis, dan masif," katanya.
Dari pola gerakannya, IPW menilai kelompok Anarko ini seperti sedang bekerja untuk menyikapi isu-isu yang berkembang di masyarakat pascapemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB untuk menekan penyebaran virus Corona.
"Artinya, kelompok Anarko ini sepertinya sedang mengukur kegelisahan publik dan sekaligus hendak mengukur kadar anarkisme di masyarakat pascaPSBB," tambah Neta.
Sehingga bisa disimpulkan kerusuhan dan penjarahan yang disebut sebut dalam pamfletnya itu sendiri sebenarnya tidak ada dan tidak akan terjadi.
"Sebab situasi sosial ekonomi Indonesia hingga saat ini belum masuk pada situasi seperti Mei 1998 di mana kebutuhan pokok sangat sulit didapat dan di sisi lain ada 'perseteruan api dalam sekam' di antara elit politik maupun elit pemerintahan, yang kemudian situasinya meledak akibat aksi spontan masyarakat dan mahasiswa yang jengkel pada rezim Soeharto," paparnya.
Meski demikian, kata Neta, IPW memberi apresiasi pada jajaran kepolisian yang sudah melakukan deteksi dini untuk mengantisipasi gerakan kelompok Anarko ini.
Apa yang dilakukan jajaran kepolisian tersebut, menurutnya, adalah bagian utama dari fungsinya dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, yang resah menghadapi wabah corona.(Tribun Network/igm/wky/wly)