Fakta-Fakta Komunitas Jomblo Katolik, Jodohkan 50 Anggota Hingga Jadi Tempat Single Cari Kebahagiaan
Sejak awal, KJK dirancang hadir bagi orang-orang Katolik usia dewasa – bukan muda-mudi berusia sekolah atau mahasiswa.
Mereka malah dijuluki “alumni” KJK dan berperan sebagai inspirasi bagi anggota lainnya agar mampu menemukan pendamping seiman.
Di samping urusan jodoh-menjodohkan, para pengurus pun akan berupaya menjaga urusan jodoh ini dalam kondisi sehat, dalam artian monogamis sebagaimana doktrin Gereja Katolik.
“Kalau ada acara, anggota yang berpasangan harus datang dua-duanya, enggak boleh sebelah, menghindari rebutan," ucap Agatha.
Jika ada pasangannya yang tak bisa hadir, maka pengurus KJK akan mengumumkan kalau orang itu sebenarnya sudah "sold out".
"Harus transparan, jangan ada yang jadi hot item, ada yang rebutan. Yang sudah punya pacar atau belum pasti ketahuan,” kata dia.
8. Bukan Biro Jodoh
Walaupun mengakui bahwa para pengurus KJK merancang praktik penjodohan secara implisit, namun Agatha membantah bila komunitas yang telah ia geluti sejak 2012 itu merupakan biro jodoh.
Jauh di luar urusan-urusan roman picisan, ada pesan yang hendak disampaikan oleh para jomblo Katolik berusia dewasa ini: jomblo bukan akhir kehidupan, jomblo bukan tragedi.
“Itu kenapa kita memfasilitasi mereka yang sudah kerja, menuju kemapanan. Bayangkan jadi dia dengan tekanan-tekanan tadi. Dia akan berpikir, ‘Kok gue jomlo sendiri? Suwe (sial) banget’. Sekali dia masuk KJK, dia bisa lihat, ‘yang jomlo bukan gue doang, kok’," tutur Agatha. (Kompas.com/Vitorio Mantalean)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Komunitas Jomblo Katolik, Tempatnya Para Single Mencari Kebahagiaan"