Minggu, 5 Oktober 2025

Pilgub DKI Jakarta

Pujian Mantan Komisioner Komnas Perempuan kepada Pasangan Ahok-Djarot

Kaum perempuan memiliki peran penting dalam menentukan arah pembangunan sebuah bangsa, termasuk Kota Jakarta sebagai ibukota negara.

Editor: Dewi Agustina
Tribunnews.com/ Wahyu Aji
Basuki Tjahaja Purnama (kiri) bersama calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (19/3/2017). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kaum perempuan memiliki peran penting dalam menentukan arah pembangunan sebuah bangsa, termasuk Kota Jakarta sebagai ibukota negara.

Siapa yang nantinya akan dipercaya memegang amanat untuk menduduki tampuk pimpinan DKI Jakarta juga tak lepas dari partisipasi perempuan dalam menggunakan hak pilihnya.

Dari total 7.108.589 orang pemilih dalam pilkada DKI Jakarta 2017, 3.546.889 di antaranya adalah pemilih perempuan.

Sementara pemilih laki-laki sebanyak 3.561.690 orang, sebagaimana dilansir situs resmi KPU, Kamis 15 Maret 2017, Pegiat hak perempuan yang juga mantan Komisioner Komnas Perempuan Neng Darah Affifah, mengungkapkan kekhawatirannya akan banyak pemenuhan hak-hak dan pemberdayaan peran perempuan di kota Jakarta yang bakal terbengkalai jika Jakarta tak lagi dipimpin pasangan Ahok-Djarot.

Pasalnya, ia menilai tak banyak orang yang paham betul berbagai masalah menyangkut kepentingan perempuan sebagaimana pasangan Ahok Djarot dalam masa pemerintahannya.

Neng Darah mencontohkan, program Ahok-Djarot yang dinilainya sebagai sebuah inovasi besar dalam melindungi perempuan adalah dengan dibukanya layanan sistem gawat darurat terpadu melalui nomor telepon 119, oleh Pemprov DKI.

Selain menerima pengaduan khusus masalah kesehatan, hotline ini juga bisa digunakan warga untuk melaporkan setiap tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sehingga bisa ditindaklanjuti ke pihak kepolisian.

Selama ini pengaduan terhadap kekerasan rumah tangga seperti terjadi pemukulan atau kekerasan seksual terhadap ibu dan anak, masih harus melapor ke unit pelayanan KDRT di puskesmas.

Nanti pihak puskesmas yang meneruskan ke kepolisian.

"Saya kira di Indonesia baru ada di Jakarta. Kalau orang mengalami praktik kekerasan dalam rumah tangga itu tinggal on call. Jadi pelayan konselingnya tinggal jemput orang itu yang mengalami praktik kekerasan. Itu saya kira terobosan (Ahok-Djarot) yang luar biasa dan harus disosialisasikan. Baru hanya ada di Jakarta," ujarnya.

Ahok juga dinilai melakukan sistem jemput bola juga diterapkan pada bidang pelayanan kesehatan ibu hamil dan pasca-melahirkan.

Baca: Alasan Lola Amaria Mendukung Penuh Ahok-Djarot pada Pilkada Jakarta

Kini ibu-ibu tak perlu lagi repot-repot pergi ke fasilitas kesehatan di lingkungannya, tapi bidan lah yang akan langsung mendatangi kediaman ibu-ibu tersebut untuk memberikan layanan home care.

Pembangunan RPTRA (Ruang Publik Terbuka Ramah Anak) juga disebut Neng Darah sebagai bentuk keberpihakan Ahok-Djarot pada perempuan, anak dan keluarga.

Selain menyediakan ruang sebagai arena bermain untuk kepentingan tumbuh kembang anak dan ruang bersosialisasi warga guna menumbuhkan kohesi sosial, keberadaan RPTRA juga bisa membuat ibu-ibu menghemat pengeluaran rumah tangga.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved