Kisah Suka Duka Sidik Bertugas Jaga di Waduk Pluit dan Rumah Pompanya
Ini cerita suka duka seorang bernama Sidik, berjaga di Waduk Pluit dan rumah pompanya.
Selama tiga hari banjir, Dia mengaku hanya tidur kurang dari 3 jam di ruang istirahat operator. "Sejak Senin (saya) tidur hanya dua jam, karena harus monitor terus," ucapnya.
Saban hari, dirinya berkerja bersama 11 orang pekerja lainnya dan satu orang bagian penanggung jawab pompa.
Sebanyak 10 pompa yang tepampang di tiga gedung berwarna kuning itu merupakan tiga pompa mixflow buatan Jepang terletak di sisi timur gedung. Empat pompa celup di gedung tengah. Tiganya lagi pompa akxial buatan Amerika Serikat (AS) terpampang di ujung barat gedung.
Sidik menyebutkan, pihaknya sudah menyiapkan berbagai cara untuk menghadapi banjir bila saja datang lagi.
"Persiapan kami harus memaksimalkan pompa, pompa harus bisa beroperasi semua, jangan sampai ada kendala-kendala, misalanya listrik. Dan genset harus dimaksimalkan," kata Sidik.
Sebagai pekerja lapangan, menurutnya harus ada penambahan genset, supaya seluruh pompa air yang ada dapat beroperasi meskipun listrik sedang padam. Satu genset lebih kurang memerlukan 200 liter soral perjamnya.
Selain juga, Dia berharap, masyarakat yang tinggal di sekitar Waduk Pluit, lebih memperhatikan lingkungan. Dengan sadar tidak membuang sampah ke kali.
"Biar air lancar, tidak menggangu sistem operasi pompa. Kalau sampah banyak operasi pompa terkendala. Sebentar mati, sebentar mati karena banyak sampah. Kalau bersih yang diangkat enteng," harapnya.