Cenderaloka
Fashion Sheffa: Gaya Handmade yang Menjaga Tradisi di Tengah Arus Modernitas
Salah satu nilai utama Fashion Sheffa adalah proses produksinya yang masih sepenuhnya dikerjakan secara manual.
Editor:
Andra Kusuma
TRIBUNSHOPPING.COM - Di tengah derasnya perkembangan industri fashion yang serba cepat dan modern, masih ada pelaku usaha yang memilih untuk tetap setia pada cara tradisional.
Salah satunya adalah Yulia Kasih, sosok di balik brand fashion rumahan bernama Fashion Sheffa, yang berbasis di Mutihan, Sondakan, Laweyan, Solo.
Lewat sentuhan teknik pewarnaan khas seperti tie-dye dan jumputan, Yulia tak hanya melestarikan warisan keluarga, tapi juga berhasil mengadaptasinya agar tetap relevan dengan tren masa kini.
Awal Mula: Dari Warisan Keluarga Hingga Terjun Kembali ke Dunia Konveksi
Yulia mengungkapkan bahwa bisnis konveksi ini sebenarnya sudah dimulai sejak lama oleh orang tuanya.
Mereka memproduksi pakaian rumahan seperti daster dan celana. Namun karena harus ikut dinas suami, Yulia sempat berhenti menekuni usaha ini.
Baru setelah sang ayah jatuh sakit, ia diminta untuk melanjutkan usaha keluarga tersebut.
Setelah sempat vakum, pada tahun 2021 di tengah situasi pandemi Yulia kembali memulai dari nol.
Melihat geliat pasar fashion di Solo yang makin berkembang, terutama untuk produk handmade, ia merasa punya peluang besar untuk bangkit.
Semua Serba Manual, Kekuatan Utama Fashion Sheffa
Salah satu nilai utama Fashion Sheffa adalah proses produksinya yang masih sepenuhnya dikerjakan secara manual.
Mulai dari pemotongan kain, pewarnaan, pencucian, hingga penjahitan—semuanya dikerjakan dengan tangan, tanpa mesin cetak atau printing.
Menurut Yulia, proses handmade ini membuat warna lebih tajam dan tahan lama.
Berbeda dengan teknik printing yang cenderung cepat pudar, kain yang diwarnai secara manual bisa bertahan bertahun-tahun.
Proses Produksi yang Butuh Tenaga dan Ketelitian
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.