Fenomena 'Pick Me Girl' dari Sudut Pandang Psikolog, Kenali Ciri-cirinya
Meski beberapa literatur menjelaskan umumnya sifat pick me girl dilakukan oleh perempuan, laki-laki tidak menjadi pengecualian
Dr Ike menyebut sifat pick me girl muncul karena faktor internalized misogyny.
Perilaku misogini merupakan kebencian atau rasa tidak suka pada perempuan sehingga, perilaku misogini pada seorang pick me girl muncul lewat keinginan untuk menjauhkan diri dari stereotip wanita tradisional yang selama ini dianggap tidak menonjol dan cenderung negatif.
Internalized misogyny tersebut menggambarkan perempuan juga bisa memiliki pemahaman seksisme dan perilaku kebencian terhadap sesama perempuan. Kondisi ini juga didorong kebutuhan pribadi untuk terlihat unik dan berbeda dari orang lain.
“Stereotip perempuan yang suka make up, lemah lembut, suka dilindungi, suka belanja, didobrak dengan menyatakan dirinya berbeda dengan kondisi itu semua” terangnya.
Perilaku pick me girl umumnya akan membuat relasi sosial dan lingkungan sekitar tidak menyenangkan. Dalam hal ini termasuk kondisi persaingan yang tidak sehat, unsur menghina, serta merendahkan salah satu pihak.
Baca juga: Perempuan Layak Jadi Pemimpin, Sri Mulyani: Tak Ada Diskon Soal Leadership
“Kondisi tersebut tentu tidak nyaman untuk membangun relasi sosial yang sehat. Secara natural, seseorang barangkali akan meninggalkan relasi seperti itu,” sebutnya.
Oleh karena itu, Dr Ike menekankan dalam beberapa situasi pelaku pick me girl akan membutuhkan konseling.
Terlebih jika terus berlangsung, individu akan semakin terobsesi merendahkan dan menghina orang lain.
“Mereka akan semakin tidak realistis dengan tindakan-tindakannya. Hal itu akan membuat individu tidak mampu mengontrol emosi hingga timbul ketidaknyamanan secara psikologis,” imbuhnya.
Maka apabila perilaku pick me girl berpotensi merugikan orang lain dan diri sendiri, segeralah mencari bantuan profesional.