Tidak Semua Orang Butuh! Susu Bukan Lagi Bagian 4 Sehat 5 Sempurna, Ini Penjelasan Dokter
Konsep “4 Sehat 5 Sempurna” yang menempatkan susu sebagai penyempurna makanan sudah tidak lagi relevan
Susu memang kaya gizi. Kandungan kalsiumnya membantu menjaga tulang, proteinnya mendukung pertumbuhan otot, dan vitamin D-nya baik untuk metabolisme.
Namun, kesehatan tidak pernah bergantung pada satu bahan pangan saja.
Di sinilah pentingnya sikap mindful dalam memilih makanan, sadar akan kondisi tubuh, mengenali sinyal-sinyalnya, dan tidak menelan mentah-mentah klaim “superfood” yang banyak beredar di iklan.
Kita hidup di era ketika industri makanan berlomba-lomba menjual citra sehat.
Susu sering muncul dalam kemasan modern dengan janji “menambah energi”, “menjaga tulang”, hingga “membuat awet muda”.
Tapi tubuh manusia tidak sesederhana itu.
Setiap individu punya kebutuhan gizi berbeda.
Ada yang cocok dengan susu sapi, ada yang tidak.
Ada yang cukup dengan makan tempe, ikan, dan sayur, tanpa perlu minum susu sama sekali.
Perubahan pola pikir ini penting, terutama bagi orang tua.
Banyak yang merasa bersalah kalau anaknya tidak suka susu, seolah itu tanda kekurangan gizi.
Padahal, bila pola makannya baik dan seimbang, anak tetap bisa tumbuh optimal tanpa susu.
“Untuk anak-anak, susu bukan kebutuhan utama. Yang paling penting adalah ASI pada enam bulan pertama, dilanjutkan MPASI bergizi seimbang,” terang dr. Santi.
Ia juga menegaskan, susu bukan satu-satunya cara menjaga tulang tetap kuat.
Aktivitas fisik seperti berlari, bersepeda, dan bermain di luar rumah justru berperan lebih besar dalam menjaga kepadatan tulang.
Ditambah dengan paparan sinar matahari pagi, tubuh bisa memproduksi vitamin D alami yang membantu penyerapan kalsium.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.