Jumat, 3 Oktober 2025

Stop Menyiksa Diri, Persepsi Keliru Diet Sama dengan Mengurangi Makan dan Menahan Lapar

Diet seringkali membuat orang langsung membayangkan penderitaan. Mulai dari menahan lapar, tidak boleh makan nasi hingga olahraga berlebihan.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Gemini generated image
DIET - Ilustrasi diet mengurangi makanan dan menahan lapar yang menyiksa. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kata diet seringkali membuat orang langsung membayangkan penderitaan.

Harus menahan lapar, tidak boleh makan nasi, hingga olahraga berlebihan. 

Padahal, menurut ahli gizi, persepsi ini justru membuat banyak orang takut memulai diet, karena terkesan menyiksa dan menakutkan.

Kepala Instalasi Gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, Mawar Lestari, S.Gz, menegaskan bahwa diet sejatinya bukan berarti mengurangi makan, melainkan pengaturan pola makan dengan tujuan kesehatan. 

Baca juga: Rekomendasi Diet Sehat bagi Penderita Asam Urat Berdasarkan IRA

“Kalau kita kembali lagi kepada definisi diet, diet itu adalah pengaturan makan untuk tujuan kesehatan, seperti itu, untuk mencapai tubuh yang sehat,” ujarnya pada kanal YouTube Kementerian Kesehatan, Jumat (3/10/2025). 

Diet Bukan Sekadar Menurunkan Berat Badan

Masyarakat kerap menganggap diet hanya untuk menurunkan berat badan. Padahal, diet juga diterapkan untuk berbagai kondisi medis. 

“Selain diet untuk penurunan berat badan, sebetulnya secara konteks klinis, kita juga mengenal diet-diet untuk tujuan kesehatan yang lain, misalkan diet untuk penderita diabetes, diet untuk penderita hipertensi, diet untuk penyakit-penyakit tertentu, itu juga ada,” jelas Mawar.

Dengan pola makan yang baik, seimbang antara makro dan mikronutrien, tubuh dapat berfungsi optimal, metabolisme lebih lancar, dan risiko penyakit degeneratif pun berkurang. 

Menurutnya, manfaat diet bukan hanya soal penampilan fisik yang lebih ideal, melainkan juga kesehatan jangka panjang.

Kalori Masuk dan Kalori Keluar

Konsep dasar diet sehat adalah keseimbangan energi. Kalori yang masuk dari makanan harus seimbang dengan kalori yang keluar melalui aktivitas fisik. 

Jika ingin menurunkan berat badan, maka kalori masuk harus lebih sedikit daripada kalori keluar. 

Namun, jumlah dan jenis aktivitas ini bisa berbeda untuk tiap orang, tergantung kondisi tubuh dan target kesehatan.

“Diet ini sebetulnya bukan sesuatu yang one size fits all. Jadi, bisa berbeda-beda untuk setiap individu,” tegas Mawar.

Ia pun menyarankan agar masyarakat tidak sembarangan mencoba pola diet ekstrem, melainkan berkonsultasi dengan ahli gizi agar sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Siapa yang Perlu Diet?

Tidak semua orang wajib menjalani diet ketat. 

Namun, mereka yang mengalami obesitas sangat disarankan segera mengatur pola makan. 

Obesitas bisa diukur dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu berat badan dibagi tinggi badan kuadrat. 

Jika hasilnya masuk kategori obesitas, pengaturan makan harus segera dilakukan.

Selain itu, ada cara yang lebih sederhana untuk mengukur risiko obesitas, yakni lingkar perut. 

“Untuk perempuan, lingkar perut tidak boleh lebih dari 80 cm. Kalau untuk laki-laki, lingkar perut tidak boleh lebih dari 90 cm,” ujar Mawar. 

Bila melebihi angka tersebut, artinya seseorang berisiko tinggi mengalami obesitas sentral yang bisa memicu berbagai penyakit serius.

Diet yang benar bukanlah penderitaan, melainkan langkah sadar untuk hidup lebih sehat. 

Dengan pola makan teratur, aktivitas fisik yang sesuai, dan pemenuhan gizi seimbang, tubuh tidak hanya tampil ideal, tapi juga lebih bugar dan terhindar dari berbagai penyakit.

Jadi, jika selama ini diet terasa menyeramkan, mungkin saatnya mengubah cara pandang. 

Diet bukan tentang lapar, melainkan tentang cerdas memilih dan mengatur makanan demi kesehatan jangka panjang.

(Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved