Hemodiafiltrasi, Pilihan Terapi yang Lebih Nyaman dan Efektif untuk Pasien Gagal Ginjal Kronik
Hemodiafiltrasi merupakan pengembangan dari metode hemodialisis (HD) konvensional yang mampu kurangi berbagai keluhan umum pasien dialisis
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bagi banyak pasien dengan penyakit ginjal kronik, terapi cuci darah rutin merupakan bagian penting dalam menjaga kelangsungan hidup.
Kini, hadirnya teknologi Hemodiafiltrasi (HDF) membawa harapan baru melalui pendekatan yang lebih modern, efektif, dan ramah bagi tubuh pasien.
Hemodiafiltrasi merupakan pengembangan dari metode hemodialisis (HD) konvensional yang mampu mengurangi berbagai keluhan umum pasien dialisis, seperti gatal hebat, kelelahan berlebih, tekanan darah turun saat terapi, hingga kram otot.
Baca juga: Mitos atau Fakta Pasien Penyakit Ginjal Kronik Dilarang Konsumsi Semua Jenis Buah-buahan?
Ini dimungkinkan berkat proses penyaringan yang lebih optimal sehingga membantu menjaga stabilitas tubuh selama prosedur berlangsung.
Teknologi HDF menggabungkan dua mekanisme pembersihan darah sekaligus—difusi dan konveksi—yang memungkinkan pembuangan zat sisa metabolisme, termasuk molekul berukuran besar yang kerap tidak tereliminasi sempurna melalui HD biasa.
Menurut dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH, spesialis penyakit dalam subspesialis ginjal, HDF menggunakan mesin dialisis generasi terbaru yang mampu menghasilkan cairan ultrapure langsung dari sistem pengolahan air berskala tinggi.
“Teknologi ini memberikan penyaringan yang lebih efektif, membantu menurunkan risiko komplikasi seperti hipotensi selama terapi, serta berpotensi mengurangi angka rawat inap,” jelasnya dalam peresmian layanan layanan Hemodiafiltrasi di RS Medistra, Jakarta belum lama ini.
Senada dengan itu, Prof. Dr. Jose Roesma, Ph.D, Sp.PD-KGH menekankan bahwa kebutuhan tiap pasien berbeda, namun kehadiran teknologi HDF memberi pilihan terapi yang lebih baik dan menyeluruh untuk menangani gagal ginjal kronik.
Layanan HDF juga ditunjang dengan sistem yang mampu memproduksi cairan substitusi ultrapure secara langsung. Ini memastikan cairan yang masuk kembali ke tubuh pasien bebas kontaminan, sehingga menurunkan risiko infeksi dan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Pencegahan Penyakit Ginjal Kronik karena Diabetes Tipe Dua
Beberapa studi menyebutkan bahwa terapi HDF berpotensi menurunkan angka rawat inap dan memperlambat progresivitas penyakit, terutama jika dilakukan secara konsisten dan disesuaikan dengan kondisi medis masing-masing pasien.
dr. Adhitya Wardhana, MARS, Direktur RS Medistra mengatakan, terapi dijalankan oleh tenaga medis tersertifikasi yang melakukan pemantauan ketat selama prosedur—mulai dari tekanan darah, kadar elektrolit, hingga kenyamanan pasien.
“Kami menekankan aspek humanis dalam setiap layanan, pasien yang ingin menjalani terapi HDF dapat mengakses layanan ini melalui Poli Penyakit Dalam – subspesialis ginjal dan prosedur diawali dengan pemeriksaan menyeluruh oleh dokter untuk menilai kesesuaian terapi, termasuk kesiapan akses vaskular dan kelayakan medis lainnya," katanya.
Sebelum Tutup Usia, Hotma Sitompul Dirawat Intensif Mulai dari Penang Malaysia hingga RSCM |
![]() |
---|
Cuci Darah Kini Tak Perlu Antre Lama di RS Bisa Dilakukan Mandiri di Rumah, Begini Caranya |
![]() |
---|
Ciri-ciri Ginjal Bermasalah, Segera Deteksi Dini untuk Cegah Kerusakan Lebih Parah |
![]() |
---|
Mitos atau Fakta Pasien Penyakit Ginjal Kronik Dilarang Konsumsi Semua Jenis Buah-buahan? |
![]() |
---|
Cara Deteksi Dini Adanya Penyakit Ginjal Kronik, Apa yang Bisa Dilakukan? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.