Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Hasil Skrining Kejiwaan di Cek Kesehatan Gratis, 130 Ribu Orang Terdeteksi Gejala Depresi
13 juta orang telah mengikuti skrining kesehatan jiwa dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Hasilnya 1 persennya alami gejala depresi.
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 13 juta orang telah mengikuti skrining kesehatan jiwa dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Hasilnya 1 persennya alami gejala depresi.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr. Imran Pambudi menyatakan, hingga 15 Agustus 2025 diketahui ada sekitar 1 persen atau 130 ribu warga terdeteksi gejala depresi dan 117 ribu orang dilanda cemas.
Baca juga: Anxiety di Masa Kecil dan Depresi saat Dewasa, Felicia Kawilarang Kini Bangun Ruang Aman Perempuan
Skrining kesehatan jiwa dilakukan dengan membagikan sejumlah kuesioner yang diisi oleh masyarakat.
“Ternyata secara nasional, kemungkinan terjadi gejala depresi itu ada sekitar 1 persen, kemudian cemas itu 0,9 persen,” kata dia dalam temu media di Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2023).
Provinsi tertinggi adalah DKI Jakarta sebanyak 9,3 persen warganya depresi dan 7,6 persen cemas.
Baca juga: 10 Negara dengan Angka Pengidap Sakit Mental Tertinggi di Dunia: Bukan Palestina yang Pertama
Kondisi ini dilatar belakangi oleh warga Jakarta yang lebih terbuka mengungkapkan kondisi mental mereka.
“Memang kasus di Jakarta itu tinggi (depresi), mungkin 10 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Indonesia. Kalau cemas, 7 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata di nasional,” jelas Imran.
Kemenkes mengkhawatirkan kondisi kesehatan jiwa masyarakat ini meningkatkan potensi melakukan percobaan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri.

Karena itu, Kemenkes berupaya menanggulangi masalah-masalah tersebut.
“Kasus mengakhiri diri ini, bukan hanya masalah kesehatan, karena itu mencegahnya perlu pendidikan, agama, media, komunitas,” tutur dia.
Seperti dari sisi media harus menyajikan pemberitaan yang bertanggung jawab
Pemberitaan perlu mengubah stigma dari semula negatif menjadi positif agar tidak menginspirasi pembaca.
Pemberitaan terkait kasus bunuh diri diharapkan tidak terlalu vulgar menuliskan terkait deskripsi detail atas kejadian tersebut.
“Jangan sampai pemberitaan tadi itu membuat kasus tadi copycat. Mencontoh. Ada kejadian bunuh diri di 2018 di Palembang, kemudian tiga hari ada kejadian serupa yang di di Medan. Itu kan mencontoh. Itu yang harapannya jangan sampai seperti itu,” ungkap dia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.