Mahasiswa Ciptakan Inovasi Digital Cegah Demam Berdarah, Pantau Jentik Nyamuk Melalui Aplikasi
Smart DBD Zero lahir dari kebutuhan kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik) untuk beradaptasi dengan teknologi
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN – Upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) kini memasuki era baru dengan kehadiran Smart DBD Zero, sebuah aplikasi digital inovasi.
Aplikasi ini dirancang oleh mahasiswa sebagai solusi praktis dan sistematis dalam memantau jentik nyamuk serta mengedukasi masyarakat agar lebih aktif menjaga lingkungan.
Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), tim dosen dan mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Nusa Mandiri (UNM)mengembangkan aplikasi ini dengan dukungan hibah dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi.
Ujicoba aplikasi buatan mahasiswa UNM dilakukan di wilayah RW 011, Kelurahan Pamulang Timur, Kota Tangerang Selatan.
Ketua Tim Pengabdian sekaligus dosen Prodi Informatika UNM, Duwi Cahya Putri Buani, menuturkan bahwa Smart DBD Zero lahir dari kebutuhan kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik) untuk beradaptasi dengan teknologi.
“Selama ini, pendataan jentik masih dilakukan manual. Dengan aplikasi ini, kader Jumantik dapat mencatat, melaporkan, dan menganalisis kondisi lapangan secara digital dan real-time. Hasilnya lebih cepat, akurat, dan mudah diakses,” kata Duwi dalam keterangannya, Minggu (24/8/2025).
Baca juga: Pramono Janji Benahi Karut-marut KJP hingga Jumantik Era Heru Budi dalam 100 Hari
Smart DBD Zero memiliki beragam fitur, mulai dari pencatatan jumlah jentik per rumah, pelaporan langsung ke kelurahan, hingga edukasi digital bagi warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Lebih dari Sekadar Aplikasi
Program ini tidak berhenti pada pengembangan aplikasi.
Tim UNM juga memberikan pelatihan penggunaan teknologi kepada kader dan warga, serta penyuluhan kesehatan seputar pencegahan DBD.
Langkah ini menjadikan masyarakat bukan hanya pengguna, melainkan bagian dari gerakan digital melawan DBD.
Ketua LPPM UNM, Andi Saryoko, menegaskan bahwa kehadiran Smart DBD Zero menjadi bukti nyata kontribusi perguruan tinggi dalam isu kesehatan.
“Smart DBD Zero membuktikan bahwa mahasiswa dan dosen UNM bisa menghadirkan solusi konkret yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Aplikasi ini adalah sinergi antara riset, teknologi, dan pengabdian,” ujarnya.
Lebih jauh, kehadiran aplikasi ini juga mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin Kehidupan Sehat dan Sejahtera serta Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Selain itu, program ini memperkuat Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi yang berfokus pada pengabdian berbasis inovasi.
Duwi mengatakan, Smart DBD Zero adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan kertas, serta kemampuannya membangun basis data kesehatan masyarakat yang lebih terstruktur.
Wamenkes Sebut Kasus Demam Berdarah Perlu Perhatian! Sampai April 2025, Ada 182 Kematian |
![]() |
---|
Kemenkes Sebut Banyak Kasus Kematian DBD Disebabkan karena Pasien Datang Terlambat ke RS |
![]() |
---|
Grand Opening Kantor Commsult Indonesia menjadi Tonggak Baru untuk Inovasi Teknologi di Indonesia |
![]() |
---|
Cegah DBD, Edukasi 3M Plus Sasar 35 Desa dan Kelurahan di Bali |
![]() |
---|
Raih 52 Persen Penjualan dari Shopee Live, True To Skin Buktikan Pentingnya Inovasi Berbasis Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.