Senin, 29 September 2025
Tujuan Terkait

Transplantasi Ginjal Tak Mengurangi Kualitas Hidup Pendonor, Ini Penjelasan Spesialis Urologi

Banyak yang beranggapan bahwa pendonor ginjal tidak bisa lagi bekerja keras. Namun hal ini ditepis langsung oleh para ahli.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/ Aisyah
TEKNOLOGI MEDIS - Pembukaan Siloam Urology-Nephrology Summit 2025 di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (24/8/2025). Forum tersebut membahas kemajuan teknologi medis mulai dari operasi batu ginjal tanpa sayatan, penggunaan robotik da Vinci, hingga solusi jangka panjang berupa transplantasi ginjal. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Transplantasi ginjal kini tidak lagi menjadi momok menakutkan bagi pasien gagal ginjal maupun calon pendonor. 

Dokter Spesialis Urologi Siloam ASRI Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU(K) mengungkapkan jika salah satu kekhawatiran terbesar masyarakat adalah kondisi kesehatan setelah mendonorkan ginjal. 

Banyak yang beranggapan bahwa pendonor tidak bisa lagi bekerja keras. Namun hal ini ditepis langsung oleh para ahli.

Baca juga: Komunitas Pasien Cuci Darah Soroti Efisiensi Anggaran, Bisa Berdampak Pada Transplantasi Ginjal

“Saya selalu bilang sama pasien yang jadi donor, orang dari kuli bangunan jadi donor, mau jadi kuli bangunan lagi boleh. Yang nggak boleh menjadi tidak sehat,” tegas Prof Nur Rasyid di acara 'The 5th Siloam Urology-Nephrology Summit 2025' yang digelar Siloam ASRI, Minggu (24/8).

Forum tersebut membahas kemajuan teknologi medis mulai dari operasi batu ginjal tanpa sayatan, penggunaan robotik da Vinci, hingga solusi jangka panjang berupa transplantasi ginjal.

Menurutnya, tubuh manusia secara alami mampu beradaptasi dengan satu ginjal. 

Organ tersebut akan membesar dan bekerja hampir sama seperti sebelumnya, sehingga pendonor tetap bisa beraktivitas normal tanpa perlu diet khusus atau konsumsi obat seumur hidup.

Tantangan: Minimnya Donor di Indonesia

Meski prosedur transplantasi sudah rutin dilakukan, tantangan terbesar di Indonesia masih terletak pada ketersediaan donor. 

Saat ini, calon penerima transplantasi wajib membawa pendonor sendiri, biasanya dari keluarga dekat.

Minimnya edukasi tentang pentingnya donasi organ membuat banyak keluarga masih ragu. 

Padahal, di negara lain seperti Korea Selatan, kesadaran donor tumbuh pesat berkat program edukasi sejak usia sekolah.

Lebih lanjut, Medical Managing Director RS Siloam, dr. Grace Frelita Indradjaja menekankan pentingnya keterlibatan media untuk mengubah cara pandang masyarakat. 

“Kalau adik-adik dari media ini bisa mengedukasi masyarakat, bahwa kidney transplant itu bukan sesuatu yang menakutkan lagi. Proses itu akan sangat baik, cepat,” katanya.

Menurutnya, dibandingkan cuci darah rutin yang sangat membebani kualitas hidup pasien dan keluarga, transplantasi memberi harapan hidup normal. 

Baik penerima donor maupun donor sama-sama bisa kembali sehat dan beraktivitas seperti biasa.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan