Senin, 29 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Ini Penyebab Seringnya Kejadian Keracunan Massal Akibat Konsumsi MBG

Program ini pertama diluncurkan pada 6 Januari 2025 dan dilangsungkan secara bertahap di seluruh Indonesia dengan target 82,9 juta anak sekolah SD-SMA

HO Dokumentasi khusus
PROGRAM MBG: Program Makan Bergizi Gratis di Kediri yang digelar Yayasan Konco Kulo Prabowo Gibran Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi. Program ini resmi berjalan sejak 24 Februari dan menargetkan lebih dari 4.000 siswa di berbagai jenjang pendidikan. Tercatat sebanyak 336 anak PAUD/TK, 591 siswa SD kelas 1-3, 741 siswa SD kelas 4-6, 1.075 siswa SMP sederajat, dan 1.360 siswa SMA sederajat menerima manfaat dari program ini, Sabtu (1/3/2025) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Mikrobiologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Ratih Dewanti Hariyadi membeberkan kemungkinan penyebab keracunan massal pada program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ia mengatakan, makanan yang dikonsumsi langsung atau siap saji yang dimasak dalam jumlah besar memang memiliki risiko terkontaminasi mikroorganisme patogen.

Baca juga: Guru Besar FKUI: Jangan Anggap Enteng Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis

Bakteri bisa masuk ke makanan dari bahan baku yang kurang higienis, alat masak yang tercemar, pekerja yang tidak menerapkan perilaku bersih dan sehat maupun proses penyimpanan yang tidak tepat.

"Pada makanan siap saji dalam skala besar, faktor penyimpanan sangat krusial. Bila makanan tidak segera didinginkan setelah dimasak, spora bakteri bisa aktif kembali dan memproduksi racun,” jelas dia dalam siaran daring yang dikutip di Jakarta, Rabu (13/8/2025).

Menurut dia, ada dua aspek yang tidak boleh diabaikan dalam pengolahan makanan skala besar seperti MBG ini yaitu sanitasi-higienis dan pengendalian tahapan produksi. Sanitasi dan higienis meliputi kebersihan alat, ruang, pekerja serta air bersih dengan standar air minum. Semua proses harus dipantau dan dievaluasi secara rutin. 

Sementara pengendalian proses, bisa berupa penyimpanan bahan baku dalam kondisi dan suhu yang sesuai memasak suhu minimal 70°C, dan melakukan pendinginan segera setelah makanan matang. Pendinginan cepat dapat dilakukan dengan menyusun makanan dalam ukuran kecil, sehingga panasnya lebih cepat turun.

“Jika dibiarkan dalam wadah besar, suhu makanan turun sangat lambat. Ini membuka peluang bagi spora untuk kembali aktif,” jelas Prof Ratih.

Sebagai upaya pencegahan, SOP yang baku dan berbasis risiko harus diterapkan. Misalnya mengenai lokasi, bangunan, peralatan, standar kebersihan, penyimpanan, pemasakan, dan pendinginan serta valuasi dan monitoring penerapan SOP ini harus dilakukan secara berkala.

"Edukasi tentang keamanan pangan bagi seluruh pelaksana program juga harus ditingkatkan,” ujar dia.

Kasus keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) massal masih terjadi. Terbaru kasus di Sragen, Jawa Tengah dimana korbannya tembus 251 orang.

Baca juga: Perbanyak SPPG, Polri Percepat Program Makan Bergizi Gratis

Program MBG merupakan salah satu program hasil terbaik cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto dalam memastikan anak Indonesia memiliki gizi yang cukup dan seimbang sebagai pondasi penting bagi tumbuh kembang anak.

Program ini pertama diluncurkan pada 6 Januari 2025 dan dilangsungkan secara bertahap di seluruh Indonesia dengan target 82,9 juta anak sekolah dari SD – SMA dan sederajat.

Kasus dugaan keracunan massal di SDN 4 Gemolong dan SMPN 3 Gemolong, Sragen, Jawa Tengah (Jateng) bukanlah kasus pertama. Sebelumnya tercatat ada 4 kasus serupa yang korbannya mencapai ratusan siswa.

Baca juga: Ratusan Siswa Diduga Keracunan MBG di Sragen: Bupati Minta Stop Distribusi Makanan 2 Hari

Korban mengalami mual, pusing, muntah hingga harus dirawat di rumah sakit.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan