Sabtu, 4 Oktober 2025

Flu Singapura Bukan Penyakit Flu yang Biasa Dikenal Masyarakat, Ini Penjelasannya

Istilah "flu Singapura" muncul karena penyakit ini pertama kali teridentifikasi di Singapura pada tahun 1970. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
keepkidshealthy.com
Mengenal penyakit flu Singapura, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara mengobatinya. Apakah flu Singapura berbahaya bila menyerang anak-anak? Inilah penjelasannya. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam beberapa bulan terakhir, istilah “flu Singapura” kembali mencuat di tengah masyarakat, menyusul meningkatnya kasus pada anak-anak di sejumlah daerah. 

Namun, benarkah ini sejenis flu? Atau sekadar nama populer dari penyakit lain yang lebih kompleks?

Dokter Spesialis Anak RSUP Surakarta, dr. Fatimah Mayasari, Sp.A menjelaskan bahwa secara medis penyakit ini bukanlah flu seperti yang biasa dikenal masyarakat. Nama medis dari flu Singapura adalah Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD).

Baca juga: Sama-Sama Muncul Lesi, Ini Perbedaan Flu Singapura dengan Cacar Air

“Flu Singapura ini sebetulnya secara medis tidak disebut sebagai flu Singapura, tetapi kita sebut sebagai HFMD atau Hand, Foot, and Mouth Disease,” jelas dr. Fatimah dalam Healthy Talk “Jangan Anggap Sepele Flu Singapura pada Anak” yang tayang di YouTube Tribunnews dan Tribun Health pada Senin (4/8/2025).

Nama "flu Singapura" muncul karena penyakit ini pertama kali teridentifikasi di Singapura pada tahun 1970. 

Kemudian terjadi wabah besar pada tahun 2000 di negara tersebut, yang membuat masyarakat Indonesia lebih mengenalnya dengan nama tersebut.

Meskipun demikian, dr. Fatimah menegaskan bahwa HFMD bukanlah penyakit baru. 

Penyakit ini sudah lama dikenal dalam dunia kedokteran anak. Gejalanya pun berbeda jauh dari flu biasa.

Jika flu biasa umumnya ditandai dengan pilek, batuk, dan demam, maka HFMD memiliki ciri khas lenting atau bintik kemerahan pada mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.

Penyebab utama dari flu Singapura adalah virus, lebih tepatnya kelompok enterovirus non-polio, dengan yang paling sering ditemukan adalah Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71.

Yang membuat HFMD menjadi perhatian serius adalah tingkat penularannya yang sangat tinggi. 

Virus dapat menyebar melalui tiga jalur utama yaitu fekal-oral, percikan pernapasan (droplet), dan kontak langsung.

“HFMD ini amat sangat mudah sekali menular karena penularannya itu dapat terjadi melalui tiga cara. Yang pertama adalah fekal oral. Kemudian melalui respirasi dan selanjutnya adalah kontak langsung,” ujar dr. Fatimah.

Pada jalur fekal-oral, misalnya, penularan bisa terjadi saat seorang anak sakit tidak mencuci tangan setelah buang air besar, lalu menyentuh benda di sekitarnya. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved