Minggu, 5 Oktober 2025

Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Cek Kesehatan Gratis Sekolah Dimulai Hari Ini, 53,8 Juta Siswa Bakal Diperiksa Tanpa Suntik

  Cek Kesehatan Gratis (SKG) Sekolah digelar serentak mulai Senin (4/8/2025) hari ini.

zoom-inlihat foto Cek Kesehatan Gratis Sekolah Dimulai Hari Ini, 53,8 Juta Siswa Bakal Diperiksa Tanpa Suntik
/TRIBUNKALTIM/NEVRIANTO HARDI PRA
CKG SEKOLAH - Dokter umum dan dokter gigi dari Puskesmas di Kalimantn Timur diperiksa kesehatannya.   Cek Kesehatan Gratis (SKG) Sekolah digelar serentak mulai Senin (4/8/2025) hari ini.

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -  Cek Kesehatan Gratis (SKG) Sekolah digelar serentak mulai Senin (4/8/2025) hari ini.

Ditargetkan ada sekitar 53,8 juta siswa dari SD-SMU, MI - Pesantren, SLB hingga Sekolah Rakyat turun menjadi sasaran CKG sekolah ini.

Baca juga: Serentak Dimulai 4 Agustus 2025, Ini 12 Lokasi Kick Off Cek Kesehatan Gratis Sekolah

CKG merupakan program andalan Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan agar meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan, mendeteksi penyakit lebih dini hingga meningkatkan kualitas seseorang.

CKG sekolah menjadi bagian CKG masyarakat umum yang sudah digelar mulai 10 Februari 2025.

Jumlah Rinci Peserta CKG Sekolah

Menteri Kesehatan RI (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin, CKG Sekolah ini bukan hanya sekadar pemeriksaan fisik siswa saja melainkan deteksi dini penyakit sebelum berkembang lebih jauh.


CKG sekolah ini akan menyasar anak SD di bawah Kemendikdasmen, MI/Pesantren sederajat di bawah Kemenag dengan total peserta didik sebanyak 28.256.134.

SMP di bawah Kemendikdasmen, MTs/Pesantren sederajat di bawah Kemenag dengan total peserta didik 13.470.833.

SMU/SMK di bawah Kemendikdasmen, MA/MAK/Pesantren sederajat di bawah Kemenag dengan total peserta didik sebanyak 12.046.379.

SLB di di bawah Kemendikdasmen dengan total peserta didik sebanyak 161.318.

SR di bawah Kemensos dengan total peserta didik sebanyak 9.755.

ILUSTRASI PERIKSA GRATIS -Ilustrasi program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dibuat menggunakan AI pada Sabtu (1/2/2025). Kementerian Sosial akan mengerahkan 120.767 pilar sosial atau pendamping sosial untuk menyosialisasikan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) mulai awal Februari 2025.
ILUSTRASI PERIKSA GRATIS -Ilustrasi program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dibuat menggunakan AI pada Sabtu (1/2/2025). Kementerian Sosial akan mengerahkan 120.767 pilar sosial atau pendamping sosial untuk menyosialisasikan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) mulai awal Februari 2025. (Tribunnews.com / Ilustrasi AI)

"CKG sekolah akan dimulai Agustus 2025, sebanyak 53.844.419 peserta didik dari 282.317 satuan pendidikan akan menjadi sasaran CKG sekolah," terang Menkes Budi pekan lalu. 

CKG Sekolah ini menurut  Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno dalam temu media via daring di Jakarta, Kamis (31/7/2024). untuk menuju kompetensi anak bangsa di masa depan.

Baca juga: Rentan Cemas dan Depresi, CKG untuk Anak Sekolah Ada Tes Kejiwaan


"Kalau tanpa didukung oleh kesehatan fisik, mental, dan moral, maka kompetensi anak-anak Indonesia tidak bisa maksimal,” ujar Pratikno.


Sejak diluncurkan enam bulan lalu, program CKG telah menjangkau 16,4 juta masyarakat.

Dengan meluas ke sekolah SD - SMU dan sederajat, program ini mampu menyentuh seluruh populasi Indonesia, hingga 280 juta jiwa setiap tahunnya.


Tidak Disuntik, Siswa Hanya Lakukan Pemeriksaan Ini 

Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, dr. Maria Endang Sumiwi, menegaskan, pemeriksaan untuk siswa SD tidak melibatkan pengambilan darah, sehingga orang tua tidak perlu khawatir.

Ratusan anak sekolah dari tingkat SD, SMP hingga SMA turun ke jalan untuk melihat kedatangan rombongan Anwar Ibrahim. Mereka terlihat memadati sepanjang jalan Merdeka Barat.
Ratusan anak sekolah dari tingkat SD, SMP hingga SMA turun ke jalan untuk melihat kedatangan rombongan Anwar Ibrahim. Mereka terlihat memadati sepanjang jalan Merdeka Barat. (Tribunnews/Igman Ibrahim)

“Jadi jangan takut, tidak ada yang disuntik. Pemeriksaannya hanya meliputi tinggi badan, berat badan, tekanan darah, gigi, mata, dan telinga,” jelasnya.


Nantinya dalam pelaksanaan kick-off pada 4 Agustus, ada juga mengerahkan juru bicara dan tenaga komunikasi utama di lokasi acara.


Berikut ini jenis pemeriksaan pada CKG anak sekolah:

SD (7-12 tahun)


1. Status Gizi
2.Merokok (Kelas 5-6)
3. Tingkat Aktivitas Fisik (Kelas 4-6)
4. Tekanan Darah
5. Gula Darah
6. Tuberkulosis
7. Telinga
8. Mata
9. Gigi
10. Jiwa
1. Hati (Hepatitis B)
12. Kesehatan Reproduksi (Kelas 4-6)
13. Riwayat Imunisasi (Kelas 1)


SMP (13 - 15 tahun)

1.Status Gizi
2. Merokok
3. Tingkat Aktivitas Fisik
4. Tekanan Darah
5. Gula Darah (kelas 7)
6.Tuberkulosis
7. Talasemia
8. Anemia (kelas 7)
9. Telinga
10. Mata
11. Gigi
12. Jiwa
13. Hati (Hepatitis B dan C)
14. Kesehatan Reproduksi
15. Riwayat Imunisasi HPV (kelas 9 Putri)


SMA (16 - 17 tahun)


1. Status Gizi
2. Merokok
3. Tingkat Aktivitas Fisik
4. Tekanan Darah
5. Gula Darah
6. Tuberkulosis
7. Talasemia
8.Anemia Remaja Putri (kelas 10)
9. Telinga
10. Mata
11. Gigi
12. Jiwa
13. Hati (Hepatitis B dan C)
14. Kesehatan Reproduksi


Lokasi Kick Off CKG Sekolah

Lantas, dimana saja CKG Sekolah hari pertama digelar?

Kick-off CKG Srkolah akan dilaksanakan di 12 lokasi.

Berikut daftarnya 

  • * SD Cideng 02 Jakarta Pusat
  • * Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 8 Jagakarsa Jakarta Selatan
  • * SMKN 26 Jakarta Timur
  • * Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya, Jakarta Barat
  • * SMA Negeri 6 Tangerang Selatan
  • * SD Prestasi Global, Depok
  • * SMPN 5 Kota Bandung
  • * Madrasah Tsanawiyah Persis 1-2 Kota Bandung
  • * SLB Negeri Semarang
  • * SMPN 1 Padangan Bojonegoro
  • * Pesantren Al-Amanah, Sidoarjo
  • * SMPK Penabur Gading Serpong

 


Saran Ahli 

Terkait program CKG Sekolah, Pakar Epidemiologi Griffith University Australia, dr. Dicky Budiman M.Sc Ph.D memberikan saran.

Ia mengingatkan ada bahaya laten yang selama ini luput dari pantauan, kadar gula darah anak.

Menurutnya, tren pola makan anak-anak Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan. 

Bukan hanya karena kebiasaan jajan yang tidak sehat, tapi juga karena paparan terus-menerus terhadap makanan dan minuman berkadar gula tinggi.

“Ini masalah angka gula darah dalam tubuh anak ini,” ungkap Dicky pada keterangannya, Minggu (3/8/2025). 

PEMICU PENYAKIT - Ilustrasi minuman manis dan rokok. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan seluruh negara menaikkan pajak produk tembakau, alkohol, dan minuman manis hingga 50 persen pada 2035, untuk menekan angka kematian akibat penyakit tidak menular seperti jantung, kanker, dan diabetes. 
PEMICU PENYAKIT - Ilustrasi minuman manis dan rokok. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan seluruh negara menaikkan pajak produk tembakau, alkohol, dan minuman manis hingga 50 persen pada 2035, untuk menekan angka kematian akibat penyakit tidak menular seperti jantung, kanker, dan diabetes.  (Tribunnews.com/bskdn.kemendagri.go.id)

Ia menekankan bahwa gula adalah 'mother of disease', pemicu utama berbagai penyakit metabolik.

Dan hal ini semakin sulit dikendalikan karena konsumsi minuman kemasan dan junk food di kalangan pelajar terus meningkat.

Lebih lanjut, Dicky berbagi pengalamannya saat melakukan kunjungan ke China beberapa waktu lalu. 

Di negara tersebut, ia menyaksikan secara langsung bagaimana pemerintah menerapkan program bebas minuman bergula (sugary drink-free) di sekolah-sekolah.

“Mereka punya program untuk sekolah itu free untuk sugary drink, ya namanya. Atau bebas minuman berkadar gula. Jadi mereka disediakan minum, ya minum air putih saja. Ataupun jus buah, gitu, tanpa gula,” jelasnya.

Kebijakan tersebut dinilai efektif untuk melatih preferensi anak-anak terhadap minuman sehat sejak usia dini. 

Program itu juga menjawab seruan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk membatasi dua komponen berbahaya yang dikonsumsi secara berlebihan oleh manusia saat ini yaitu gula dan garam.

Indonesia, menurut Dicky bisa belajar dari pengalaman China. 

Bukan hanya dengan menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan, tetapi juga dengan membangun sistem edukasi dan pembiasaan perilaku sehat yang berkelanjutan.

Salah satu tantangan terbesar dari program CKG  adalah minimnya tindak lanjut setelah deteksi dini. 

Anak yang diketahui memiliki potensi gangguan kesehatan perlu dirujuk dan didampingi agar tidak berhenti pada pencatatan angka semata.

“Saya berharap sih gratis-gratisnya ini jangan terlalu diinikan ya, karena yang harus dibangun itu adalah What next-nya ya? Habis diperiksa deteksi awal, what next-nya mereka harus dirujuk, mereka kan rata-rata orangtuanya ikut BPJS, harusnya langsung berobat,” tegas Dicky. 

Artinya, deteksi dini harus dibarengi dengan intervensi kesehatan lanjutan, termasuk edukasi bagi orang tua dan guru, penyuluhan bagi siswa, serta penciptaan ekosistem sekolah sehat yang konsisten.

Lingkungan sekolah yang sehat tak hanya bicara soal gedung bersih atau kantin bersertifikasi. 

Menurut Dicky sekolah juga harus menjadi tempat yang membangun kesadaran hidup sehat, baik dari segi pola makan, aktivitas fisik, hingga pemilihan jajanan.

Langkah kecil seperti menyediakan air putih sebagai pilihan utama, menanamkan kebiasaan membaca kandungan gizi di kemasan.

Serta mensosialisasikan pentingnya makan bergizi dan berimbang perlu dijadikan bagian dari kurikulum non-formal.

Kesadaran itu harus dibangun dari hulu ke hilir, mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, hingga penjaga dan pedagang sekitar sekolah. 


(Tribunnews.com/Rina Ayu/Aisyah/Anita K Wardhani)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved